Pontianak (Antara Kalbar) - Anggota Komisi A DPRD Kota Pontianak, Provinsi Kalimantan Barat menuding Bulog Kalbar "menghancurkan" petani dan pabrik tebu dalam negeri dengan mendorong impor gula pasir asal Thailand dalam jumlah besar melalui Agro Abadi.

"Bulog itu perusahaan asing atau mau buat modus baru, kok malah mendorong barang impor masuk ke Kalbar, padahal stok gula pasir dalam negeri saat ini berlebihan," kata Koordinator Tim Investigasi Komisi A DPRD Kota Pontianak Harry Andrianto di Pontianak, Rabu.

Modusnya, yakni gula pasir itu masuk melalui perbatasan Malaysia. Selain impor gula tersebut mengancam kelangsungan petani tebu, kualitas gula pasir itu juga belum diketahui, dan bisa saja gula rafinasi, katanya.

"Dari data dan informasi yang kami dapat banyak pengusaha sembako aliran hitam, selain memasukkan gula tanpa dokumen lengkap, juga memasukkan beras afkir atau beras rusak ke Kalbar dalam jumlah besar, kemudian di oplos dengan beras bagus atau dijual menjadi merek ternama," ungkapnya.

Modus tersebut juga dilakukan dengan mencuci beras masyarakat miskin dengan bahan pemutih atau bahan kimia lainnya, katanya.

"Kami minta aparat hukum, yakni Kepolisian Daerah Kalbar menindak tegas siapapun pelaku penyeludupan barang-barang ilegal dari Malaysia ke Kalbar," ujarnya.

Sementara itu, Ketua Komisi C DPRD Kota Pontianak Safiun mendesak wali Kota Pontianak lebih tegas menindak para pengusaha-pengusaha nakal yang praktiknya bisa membahayakan kesehatan masyarakat.

"Harus sering melakukan sidak dan turun lapangan secara diam-diam. Apalagi sepanjang bulan Ramadhan dan menjelang Lebaran kebutuhan masyarakat akan sembako akan meningkat," katanya.

Safiun menyatakan dalam waktu dekat pihaknya akan melakukan rapat gabungan terkait kembali maraknya peredaran gula ilegal dan beras yang diduga di oplos tersebut.

"Selain itu kami juga akan membentuk tim monitoring agar Kota Pontianak, dan Kalbar umumnya tidak menjadi sasaran peredaran barang ilegal," kata Safiun.

(A057/N005)

Pewarta: Andilala

Editor : Andilala


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2014