Ngabang (Antara Kalbar) -  Musim kemarau panjang yang melanda Kalbar juga dirasakan masyarakat Kabupaten Landak. Sejumlah sungai dan sumur milik masyarakat mongering sehingga krisis air bersih.  Masyarakat sudah ada yang membeli air tangki dan harus antre beberapa hari.

“Saya sudah beli air tangki. Karena banyak keluarga dari Pontianak datang lebaran, gimana kalau tidak beli air karena sumur gali sudah kering,” tutur Bujang warga Gang Arjuna Desa Raja Kecamatan Ngabang, Jumat (1/8).

Padahal, lanjut Bujang, selama ini sumber air di daerahnya jarang kering hal itu dibuktikan sumur gali milik tetangganya masih banyak airnya. Sehingga dirinya juga heran dan terpaksa harus membeli air tangki yang harganya lumayan mahal.

“Air satu tangki kalau dari gunung Tambi Jelimpo Rp.200 ribu, kalau air sungai seharga Rp.130 ribu. Tapi karena kami gunakan untuk masak, jadi pesan air yang sumber dari gunung,” ujar Bujang.

Sementara itu, warga yang bermukim di komplek pasar Ngabang juga resah akibat air ledeng dari PDAM tidak lancer. Pihak PDAM membuat pengumuman air ledeng dialirkan degan jadwal karena kemarau sumber air baku dari Merasak debit air kering sehingga disuplai dari sungai Landak.

“Biasa saya pakai air ledeng mandi di rumah. Tapi sudah beberapa hari ini ledeng tidak lancer karena ada jam tertentu baru bias. Jadi saya mandi di sungai ini, karena lebaran air sedikit  jernih, mungkin di perhuluan sungai tidak ada orang kerja tambang emas,” ujar Syamsudin  (59) warga pasar Jati ditemui ANTARA di sungai Landak, Jumat (1/8).

Syamsudin mandi di sungai sambil melihat pukat yang dipasang di arua sungai yang mulai mongering itu. Karena sudah menjadi hobi mencari ikan. “Air surut banyak ikan, ya sambil-sambil pasang pukat lah,” ujar Syamsudin.

Ia berharap kepada masyarakat dan pemerintah agar menjaga sumber air bersih. Karena jika musim kemarau baru sebulan saja sudah kesulitan air bersih. “Katanya pemerintah mau menertibkan pertambangan emas tanpa ijin (PETI) di Landak ini. Mudah-mudahan masyarakat pekerja  tambang juga bisa bersama menyadari soal kerusakan lingkungan yang mengakibatkan sungai tercemar,” tukas Syamsudin.

Pewarta: Kundori

Editor : Zaenal A.


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2014