Jakarta (Antara Kalbar) - Sebuah studi terbaru menemukan, capcaisin, senyawa kimia yang ditemukan dalam gulai atau kare pedas dapat membantu mengurangi risiko perkembangan kanker usus.
Untuk sampai pada kesimpulan ini, para peneliti memberikan capcaisin -- yakni zat yang memberikan cabai rasa panas dan pedas -- pada tikus yang secara genetik cenderung mengembangkan berbagai tumor dalam saluran pencernaanya. Berdasarkan percobaan ini, para peneliti menemukan, capcaisin memicu reseptor nyeri di sel-sel dalam lapisan usus, mengatur reaksi yang mengurangi risiko perkembangan tumor usus.
Mereka mengungkapkan, reseptor yang dipicu oleh capcaisin disebut TRPV1 - awalnya ditemukan dalam saraf sensoris yang bereaksi pada panas, zat asam serta rasa pedas. Namun, TPRV1 juga ada pada sel-sel epitel pada lapisan usus, di mana ia diaktifkan oleh EGFR (Epidermal Growth Factor Receptor). EGFR merupakan pendorong penting proliferasi sel di usus, di mana lapisan epitel diganti kira-kira setiap 4-6 hari.
"Tingkat dasar aktivitas EGFR diperlukan untuk menjaga pergantian sel dalam usus secara normal. Namun, jika sinyal EGFR dibiarkan tak terkendali, maka risiko perkembangan tumor secara sporadis meningkat," ujar Dr Petrus de Jong seperti dilansir Daily Mail.
"Hasil ini menunjukkan kepada kita bahwa TRPV1 epitel biasanya bekerja sebagai penekan tumor di usus," tambahnya.
Di samping itu, para peneliti juga menemukan, pengobatan melalui cara ini dapat memperpanjang usia tikus lebih dari 30 persen.
Studi yang dipublikasikan dalam Journal of Clinical Investigation ini, merekomendasikan pasien yang berisiko menderita kanker usus harus diberikan capcaisin sebagai bagian dari dietnya untuk menghambat pertumbuhan tumor.
Capcaisin sendiri baru-baru ini digunakan sebagai analgesik dalam salep topikal, di mana bisa mengurangi nyeri untuk waktu yang lama.
Studi molekuler dari sampel kanker usus besar pada manusia baru-baru ini menemukan beberapa mutasi pada gen TRPV1, meskipun tidak ada bukti langsung bahwa kekurangan TRPV1 adalah faktor risiko untuk kanker usus pada manusia. Kanker usus merupakan tipe kanker ketiga yang umum di Inggris. Para dokter mendiagnosa terdapat sekitar 41 ribu kasus baru setiap tahun (*).
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2014
Untuk sampai pada kesimpulan ini, para peneliti memberikan capcaisin -- yakni zat yang memberikan cabai rasa panas dan pedas -- pada tikus yang secara genetik cenderung mengembangkan berbagai tumor dalam saluran pencernaanya. Berdasarkan percobaan ini, para peneliti menemukan, capcaisin memicu reseptor nyeri di sel-sel dalam lapisan usus, mengatur reaksi yang mengurangi risiko perkembangan tumor usus.
Mereka mengungkapkan, reseptor yang dipicu oleh capcaisin disebut TRPV1 - awalnya ditemukan dalam saraf sensoris yang bereaksi pada panas, zat asam serta rasa pedas. Namun, TPRV1 juga ada pada sel-sel epitel pada lapisan usus, di mana ia diaktifkan oleh EGFR (Epidermal Growth Factor Receptor). EGFR merupakan pendorong penting proliferasi sel di usus, di mana lapisan epitel diganti kira-kira setiap 4-6 hari.
"Tingkat dasar aktivitas EGFR diperlukan untuk menjaga pergantian sel dalam usus secara normal. Namun, jika sinyal EGFR dibiarkan tak terkendali, maka risiko perkembangan tumor secara sporadis meningkat," ujar Dr Petrus de Jong seperti dilansir Daily Mail.
"Hasil ini menunjukkan kepada kita bahwa TRPV1 epitel biasanya bekerja sebagai penekan tumor di usus," tambahnya.
Di samping itu, para peneliti juga menemukan, pengobatan melalui cara ini dapat memperpanjang usia tikus lebih dari 30 persen.
Studi yang dipublikasikan dalam Journal of Clinical Investigation ini, merekomendasikan pasien yang berisiko menderita kanker usus harus diberikan capcaisin sebagai bagian dari dietnya untuk menghambat pertumbuhan tumor.
Capcaisin sendiri baru-baru ini digunakan sebagai analgesik dalam salep topikal, di mana bisa mengurangi nyeri untuk waktu yang lama.
Studi molekuler dari sampel kanker usus besar pada manusia baru-baru ini menemukan beberapa mutasi pada gen TRPV1, meskipun tidak ada bukti langsung bahwa kekurangan TRPV1 adalah faktor risiko untuk kanker usus pada manusia. Kanker usus merupakan tipe kanker ketiga yang umum di Inggris. Para dokter mendiagnosa terdapat sekitar 41 ribu kasus baru setiap tahun (*).
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2014