Jakarta (ANTARA Kalbar) - Beberapa ilmuwan di Inggris Raya menyatakan bahwa tingginya zat
besi yang terkandung di dalam daging merah, merupakah salah satu alasan
meningkatnya risiko kanker usus.
Kandungan zat besi berubah
menjadi pembawa penyakit melalui jaringan rusak yang terdapat di usus.
Dalam keadaan normal, jaringan ini yang seharusnya melawan penyakit yang
masuk.
Berdasarkan penemuan ini, terapi pengobatan baru untuk penyakit
kanker usus dapat segera ditemukan, sebagaimana dilansir dari DailyMail.
Terapi
tersebut menyerap kelebihan zat besi pada usus orang yang sel kankernya
sudah berkembang biak, karena dipengaruhi oleh gen yang rusak.
Dalam penelitian yang dilakukan terhadap tikus, para ilmuwan Inggris
menemukan bahwa kanker usus rentan terjadi kepada makhluk yang tubuhnya
sangat dipengaruhi oleh zat besi dan satu gen yang dinamakan APC.
Ketika gen APC ini rusak, maka tikus yang asupan zat besinya tinggi mengalami peningkatan sel kanker tiga kali lebih tinggi.
Tikus dengan asupan zat besi rendah, memiliki kecenderungan terbebas dari kanker meskipun memiliki jaringan usus yang rusak.
Kepala
penelitian sekaligus wakil direktur Cancer Research Institute di
Glasgow, Inggris Raya, Profesor Owen Sansom, mengatakan bahwa timnya
telah membuat langkah besar dalam memahami proses berkembangnya kanker
usus.
Sebelumnya, para peneliti telah memperkirakan bahwa daging merah
memberikan kontribusi terhadap sekitar 17.000 kasus kanker usus dalam
satu tahun.
Namun perkiraan tersebut berdasarkan dua faktor zat
makanan yang dianggap berperan dalam memicu kanker usus. Zat itu adalah
haeme, zat yang memberikan warna merah pada daging.
Zat ini diperkirakan dapat merusak lapisan usus besar, sementara itu
daging merah yang dipanggang juga menyebabkan senyawa penghasil sel
kanker.
"Sudah jelas bahwa zat besi memiliki peran penting dalam
pengendalian kanker usus pada manusia yang memiliki kerusakan gen APC,"
kata Sansom.
Salah satu anggota peneliti dari Pusat Kanker di Universitas
Birmingham, Dr Chris Tselepis, mengatakan bahwa hasil penelitian mereka
juga menunjukkan bahwa kandungan zat besi pada kanker mampu meningkatkan
risiko kanker usus, karena meningkatnya jumlah sel-sel pada usus yang
menyebabkan kerusakan jaringan gen APC.
"Kami sekarang berencana untuk mengembangkan pengobatan yang
mengurangi jumlah zat besi di usus dan bisa menurunkan risiko terkena
kanker usus," ujar Tselepsis.
Tselepsis berharap beberapa tahun
mendatang, timnya dapat memulai untuk menggunakan terapi pengobatan ini
dalam proyek uji coba yang akan dilakukan kepada manusia yang memiliki
risiko tinggi kanker usus.
Sementara itu, Senior Manajer bidang keilmuan dan Informasi Pusat
Kanker di Universitas Birmingham, Dr Julie Sharp, mengatakan bahwa
penemuan yang dihasilkan oleh beberapa peneliti tersebut sangat berguna
dalam menekan angka masyarakat dengan risiko tinggi menderita kanker
usus.
(M048)
Hubungan Daging Merah Dan Kanker Usus
Senin, 13 Agustus 2012 8:08 WIB