PBB, New York (Antara Kalbar/Xinhua-OANA) - Komisaris Tinggi PBB Urusan Hak Asasi Manusia Navi Pillay pada Jumat (22/8) mengatakan lebih dari 191.000 orang telah tewas di Suriah antara Maret 2011, ketika krisis Suriah meletes, dan akhir April tahun ini.

Ia mengatakan pertempuran yang berkecamuk di sana "telah luput dari radar internasional".

"Navi Pillay mengatakan keterangan mengenai jumlah itu yang disiarkan oleh kantornya lebih dua kali lipat dari jumlha yang didokumentasikan setahun lalu," kata Juru Bicara PBb Stephane Dujarric dalam taklimat harian di Markas PBB, new York.

"Namun, ia mengatakan, tragisnya, jumlah baru tersebut barangkali meremehkan jumlah sesungguhnya orang yang tewas," katanya.

"Ibu Pillay mengatakan ia sangat menyesal bahwa, akibat terjadinya demikian banyak konflik bersenjata, pertempuran di Suriah dan dampaknya atas jutaan warga sipil telah luput dari radar internasional," kata Dujarric.

Ia mengatakan "sungguh memalukan" bahwa kesulitan demikian banyak orang tak lagi menarik perhatian, dan membiarkan itu berlanjut tanpa akhir, sehingga mempengaruhi tetangganya --Irak dan Lebanon, demikian laporan Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Sabtu siang.

"Para pembunuh, penghancur dan penyksa di Suriah telah bertambah kuat dan berani akibat kelumpuhan internasional," kata Navi Pillay.

Jumlah tersebut diperoleh melalui daftar gabungan yang diperiksa silang mengenai 318.910 pembunuhan yang dilaporkan, yang sepenuhnya diidentifikasi melalui nama korban, serta tanggal dan lokasi kematian.

Menurut kantor Pillay, setiap pembunuhan yang dilaporkan yang tidak termasuk di dalam ketiga unsur itu tidak dimasukkan.

Daftar tersebut disusun dengan menggunakan data dari lima sumber berbeda, tiga di antaranya telah melaporkan pembunuhan sepanjang masa tiga tahunpenuh dan dua --termasuk Pemerintah Suriah-- hanya mencakup sebagian masa itu.

Catatan mengenai pembunuhan yang dilaporkan dibandingkan guna mengidentifikasi duplikasi, hasil dari jumlah akhir dari 191.369 catatan unik mengenai kematian yang berkaitan dengan konflik hingga 30 April 2014.

Hampir 52.000 pembunuhan lain yang dilaporkan tidak berisi informasi yang memadai untuk diperhitungkan, kata studi tersebut. Penulis laporan itu mengatakan ada "kemungkinan kuat" bahwa banyak pembunuhan mungkin tak dilaporkan sama sekali.

Kebanyakan korban yang dicatat adalah lelaki, dan hampir 9,3 persen perempuan. Selain itu, daftar tersebut memasukkan 8.803 anak kecil, termasuk 2.165 anak yang berusia di bawah 10 tahun.

(C003/Chaidar)

Pewarta:

Editor : Nurul Hayat


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2014