Jakarta (Antara Kalbar) - Peneliti dari Universitas Mulawarman, Samarinda, Kalimantan Timur, Dr Aji Sofyan Effendi, mengatakan bekerja dan meneliti di luar negeri saat ini masih menjadi favorit bagi peneliti muda Indonesia.

"Keberadaan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) yang seharusnya menjadi naungan peneliti Indonesia ternyata belum menjadi tuan rumah di negeri sendiri," katanya usai seminar "Menyambut Penguatan Lembaga Riset dalam Kebijakan Pemerintah dan Pembangunan Nasional" di Gedung LIPI, Jakarta, Selasa.

Ia mengaku hal itu wajar, karena penghargaan pemerintah terhadap peneliti dalam negeri masih kurang, sehingga sejumlah peneliti atau orang pintar Indonesia lebih memilih bekerja ke luar negeri.

Aji mencontohkan ketika dirinya akan melakukan penelitian yang melibatkan LIPI dan instansi pemerintah. Dalam penelitian itu, Aji mengaku hanya mendapat anggaran sebesar Rp100 juta dengan kriteria yang cukup ketat dan persyaratan yang kurang transparan.

"Ini berbeda dengan Toyota, salah satu perusahaan asing itu mengeluarkan anggaran "unlimited" atau tidak terbatas untuk penelitian yang ditujukan kepadanya. Dan ini hanyalah salah satu contohnya," katanya.

Oleh karena itu, Aji berharap pemerintah yang baru nantinya bisa lebih fokus memperhatikan peneliti Indonesia, karena dia menganggap hasil riset dan penelitian Indonesia sudah banyak diakui oleh dunia.

Sementara itu, peneliti dari Pusat Peneliti Politik (P2P) LIPI, Riefqi Muna PhD mengatakan, banyaknya peneliti yang bekerja di luar negeri karena di dalam negeri sudah tidak ada tempat mengaplikasikan ilmunya.

"Saya melihat rekan-rekan peneliti yang bekerja di luar negeri bukan tidak memiliki rasa nasionalisme, melainkan ilmu mereka terlalu tinggi dan di sini tidak ada alat untuk mengaplikasikan ilmunya, sehingga mereka memilih tempat di sana," katanya.

Selain itu, bekerja di luar negeri dengan imbalan yang cukup besar adalah hal yang sangat wajar, karena bekerja dimana pun kini sudah tidak menjadi alasan, sebab semua sudah terhubung dan tersambung.

Oleh karena itu, apabila pemerintahan Jokowi-Jusuf Kalla mempunyai komitmen kuat dalam memperkuat riset dan penelitian Indonesia, salah satu caranya adalah menarik peneliti untuk pulang ke Tanah Air.

"Tentunya dengan kelayakan yang dijamin pemerintah, dan sesuai keilmuan mereka, salah satunya dalam sisi ekonomi," katanya.

(SDP-57/M.M. Astro)

Pewarta: Abdul Malik

Editor : Nurul Hayat


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2014