Pontianak (Antara Kalbar) - Semangat berkurban yang ditanamkan kokoh dalam diri manusia Muslim akan mengikis kecenderungan keakuan yang egoistik, kata khatib Salat Idul Adha Masjid Raya Mujahidin Prof Dr H Eddy Suratman di Pontianak, Minggu.
"Keakuan yang kurang memberi tempat bagi kekitaan dan cenderung mengabaikan orang lain," kata Eddy Suratman.
Menurut dia, keakuan yang tidak bersedia melakukan kompromi dengan "orang lain", kecuali jika ada jaminan orang lain mengikuti apa maunya "aku". "Artinya, orang lain harus untuk aku, bukan sebaliknya aku untuk orang lain," katanya.
Ia mengatakan keakuan yang ditumbuhkembangkan dalam kesempitan menanamkan keinginan mengekploitasi apa saja dan siapa saja untuk hawa nafsu dan keserakahan dirinya.
Dia juga mengingatkan, keengganan berkurban akibat egoisme telah memicu kehancuran sejumlah bangsa di panggung sejarah. Keserakahan, membuat eksploitasi orang yang kuat terhadap orang yang lemah, yang kaya terhadap yang miskin, serta suatu bangsa terhadap bangsa lain.
"Masyarakat dan bangsa kita memang semakin maju dan moderen. Tapi dihadapkan ancaman krisis komunikasi sosial akibat wabah egoisme dan kebakhilan yang telah memangsa banyak kalangan," katanya.
Ia menambahkan, egoisme spekulan BBM, pasar uang dan spekulan di pasar saham ikut melemahkan fundamental ekonomi bangsa yang akhirnya menyengsarakan rakyat banyak. "Karena egoisme, dengan mudah setiap hari kita saksikan di layar televisi perdebatan yang tidak etis antar politisi dan kaum terpelajar," ujar dia.
Menurut dia, apa yang dibutuhkan untuk perbaikan umat dan bangsa adalah melalui SDM pejuang yang cinta pengorbanan.
"Para pemimpin pejuang, birokrat pejuang, anggota DPRD pejuang, pengacara pejuang, insan pers pejuang, polisi, tentara, dosen, mahasiswa, pengusaha, teknisi serta tukang yang pejuang," kata dia. Bagi insan pejuang, pantang untuk merugikan orang lain, perorangan, apalagi masyarakat luas.
"Pribadi pejuang memiliki kejujuran dan keikhlasan yang kuat," kata Eddy Suratman.
Bagi pejuang, lanjut dia, kematian hanyalah peristiwa yang memisahkan seseorang dengan surga dan neraka. Tapi yang paling berat adalah menyelesaikan akuntabilitas dihadapan Allah SWT disaat para pihak dizhalimi menuntut keadilan terhadap pelakunya.
"Kita tentu bangga dan bersyukur kualitas SDM di negara ini terus meningkat. Mudah-mudahan sebagian besar dari mereka adalah orang-orang yang memahami jati dirinya sebagai mahkluk Allah yang harus memiliki keikhlasan untuk berkurban bagi kebaikan orang lain," katanya.
Untuk itu, Idul Qurban harus menjadi proses pembebasan manusia dari segala sifat yang membuat manusia lupa jati dirinya sebagai mahkluk Allah. "Yang satu dengan lain memiliki kesetaraan, juga perbedaan yang tidak harus dipertetangkan," kata dia.
Dalam kesetaraan dan perbedaan itu manusia seharusnya menjalin kerja sama hakiki yang dilandasi oleh kecintaan dan keikhlasan dalam berkorban, demikian Eddy Suratman.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2014
"Keakuan yang kurang memberi tempat bagi kekitaan dan cenderung mengabaikan orang lain," kata Eddy Suratman.
Menurut dia, keakuan yang tidak bersedia melakukan kompromi dengan "orang lain", kecuali jika ada jaminan orang lain mengikuti apa maunya "aku". "Artinya, orang lain harus untuk aku, bukan sebaliknya aku untuk orang lain," katanya.
Ia mengatakan keakuan yang ditumbuhkembangkan dalam kesempitan menanamkan keinginan mengekploitasi apa saja dan siapa saja untuk hawa nafsu dan keserakahan dirinya.
Dia juga mengingatkan, keengganan berkurban akibat egoisme telah memicu kehancuran sejumlah bangsa di panggung sejarah. Keserakahan, membuat eksploitasi orang yang kuat terhadap orang yang lemah, yang kaya terhadap yang miskin, serta suatu bangsa terhadap bangsa lain.
"Masyarakat dan bangsa kita memang semakin maju dan moderen. Tapi dihadapkan ancaman krisis komunikasi sosial akibat wabah egoisme dan kebakhilan yang telah memangsa banyak kalangan," katanya.
Ia menambahkan, egoisme spekulan BBM, pasar uang dan spekulan di pasar saham ikut melemahkan fundamental ekonomi bangsa yang akhirnya menyengsarakan rakyat banyak. "Karena egoisme, dengan mudah setiap hari kita saksikan di layar televisi perdebatan yang tidak etis antar politisi dan kaum terpelajar," ujar dia.
Menurut dia, apa yang dibutuhkan untuk perbaikan umat dan bangsa adalah melalui SDM pejuang yang cinta pengorbanan.
"Para pemimpin pejuang, birokrat pejuang, anggota DPRD pejuang, pengacara pejuang, insan pers pejuang, polisi, tentara, dosen, mahasiswa, pengusaha, teknisi serta tukang yang pejuang," kata dia. Bagi insan pejuang, pantang untuk merugikan orang lain, perorangan, apalagi masyarakat luas.
"Pribadi pejuang memiliki kejujuran dan keikhlasan yang kuat," kata Eddy Suratman.
Bagi pejuang, lanjut dia, kematian hanyalah peristiwa yang memisahkan seseorang dengan surga dan neraka. Tapi yang paling berat adalah menyelesaikan akuntabilitas dihadapan Allah SWT disaat para pihak dizhalimi menuntut keadilan terhadap pelakunya.
"Kita tentu bangga dan bersyukur kualitas SDM di negara ini terus meningkat. Mudah-mudahan sebagian besar dari mereka adalah orang-orang yang memahami jati dirinya sebagai mahkluk Allah yang harus memiliki keikhlasan untuk berkurban bagi kebaikan orang lain," katanya.
Untuk itu, Idul Qurban harus menjadi proses pembebasan manusia dari segala sifat yang membuat manusia lupa jati dirinya sebagai mahkluk Allah. "Yang satu dengan lain memiliki kesetaraan, juga perbedaan yang tidak harus dipertetangkan," kata dia.
Dalam kesetaraan dan perbedaan itu manusia seharusnya menjalin kerja sama hakiki yang dilandasi oleh kecintaan dan keikhlasan dalam berkorban, demikian Eddy Suratman.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2014