Jakarta (Antara Kalbar) - Guru Besar Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor (IPB) Bungaran Saragih mengatakan pola kemitraan perkebunan kelapa sawit dan petani rakyat telah berhasil meningkatkan kesejahteraan serta membantu program pemerintah untuk membangun ekonomi daerah tertinggal.
"Selain meningkatkan kesejahteraan petani, pola kemitraan juga dapat membantu program pemerintah untuk membangun ekonomi daerah tertinggal. Namun pola kemitraan tersebut, untuk saat ini perlu disesuaikan seiring dengan perubahan zaman," katanya dalam keterangan di Jakarta, Jumat.
Bungaran mengatakan pola kemitraan yang ada perlu dikembangkan, agar para petani makin mandiri atau swadaya tanpa adanya bantuan pemerintah maupun swasta, karena mereka bisa menjadi kekuatan yang mendukung perekonomian nasional.
"Sekarang yang perlu kita kedepankan adalah para petani swadaya. Potensinya cukup besar, karena ada yang punya 10, 20, 50 hektare. Petani mandiri ini merupakan kekuatan ekonomi yang baru," tuturnya.
Bungaran menambahkan, petani swadaya memiliki inisiatif untuk mengembangkan usahanya tanpa pemerintah maupun swasta, karena hal itu merupakan kunci untuk bisnis kelapa sawit, agar tidak diatur oleh orang lain dan memegang prinsip kesetaraan di antara pihak yang bermitra.
General Manager Asian Agri, Freddy Widjaya mengatakan prinsip kesetaraan telah dijalankan oleh perusahaan kelapa sawit dalam bermitra dengan petani antara lain dalam hal penentuan harga, seperti yang telah diatur dalam Permentan No. 98/20B yang mengatur mekanisme harga.
"Dengan adanya Permentan yang mengatur mekanisme harga yang secara periodik didiskusikan bersama oleh 'stakeholder' (pemangku kepentingan) terkait, itu sebenarnya merupakan bukti kesetaraan, ada perwakilan perusahaan, petani, pemda, yang duduk bersama di dalam prosesnya" ujarnya.
Direktur Eksekutif Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Fadhil Hasan juga mengatakan, beberapa perusahaan kelapa sawit di Indonesia telah membangun pola kemitraan bersama dengan para petani plasmanya sejak lama.
Melalui pola kemitraan tersebut, para petani kelapa sawit mendapatkan pelatihan berkebun yang bertujuan untuk meningkatkan hasil produksi dan secara tidak langsung dapat membantu peningkatan pendapatan serta kesejahteraan.
"Sebagai komoditas unggulan, industri kelapa sawit harus mampu menjawab tantangan mengenai kesejahteraan para petani. Program kemitraan perusahaan dan petani yang dikembangkan oleh industri sawit ternyata mampu memberikan keuntungan secara bisnis dan meningkatkan kesejahteraan para petani pula," ujar Fadhil.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2014
"Selain meningkatkan kesejahteraan petani, pola kemitraan juga dapat membantu program pemerintah untuk membangun ekonomi daerah tertinggal. Namun pola kemitraan tersebut, untuk saat ini perlu disesuaikan seiring dengan perubahan zaman," katanya dalam keterangan di Jakarta, Jumat.
Bungaran mengatakan pola kemitraan yang ada perlu dikembangkan, agar para petani makin mandiri atau swadaya tanpa adanya bantuan pemerintah maupun swasta, karena mereka bisa menjadi kekuatan yang mendukung perekonomian nasional.
"Sekarang yang perlu kita kedepankan adalah para petani swadaya. Potensinya cukup besar, karena ada yang punya 10, 20, 50 hektare. Petani mandiri ini merupakan kekuatan ekonomi yang baru," tuturnya.
Bungaran menambahkan, petani swadaya memiliki inisiatif untuk mengembangkan usahanya tanpa pemerintah maupun swasta, karena hal itu merupakan kunci untuk bisnis kelapa sawit, agar tidak diatur oleh orang lain dan memegang prinsip kesetaraan di antara pihak yang bermitra.
General Manager Asian Agri, Freddy Widjaya mengatakan prinsip kesetaraan telah dijalankan oleh perusahaan kelapa sawit dalam bermitra dengan petani antara lain dalam hal penentuan harga, seperti yang telah diatur dalam Permentan No. 98/20B yang mengatur mekanisme harga.
"Dengan adanya Permentan yang mengatur mekanisme harga yang secara periodik didiskusikan bersama oleh 'stakeholder' (pemangku kepentingan) terkait, itu sebenarnya merupakan bukti kesetaraan, ada perwakilan perusahaan, petani, pemda, yang duduk bersama di dalam prosesnya" ujarnya.
Direktur Eksekutif Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Fadhil Hasan juga mengatakan, beberapa perusahaan kelapa sawit di Indonesia telah membangun pola kemitraan bersama dengan para petani plasmanya sejak lama.
Melalui pola kemitraan tersebut, para petani kelapa sawit mendapatkan pelatihan berkebun yang bertujuan untuk meningkatkan hasil produksi dan secara tidak langsung dapat membantu peningkatan pendapatan serta kesejahteraan.
"Sebagai komoditas unggulan, industri kelapa sawit harus mampu menjawab tantangan mengenai kesejahteraan para petani. Program kemitraan perusahaan dan petani yang dikembangkan oleh industri sawit ternyata mampu memberikan keuntungan secara bisnis dan meningkatkan kesejahteraan para petani pula," ujar Fadhil.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2014