Pangkalan Bun, Kalteng (Antara Kalbar) - Direktur Operasional Badan SAR Nasional (Basarnas) S.B. Supriyadi mengatakan sejumlah tim penyelam gabungan mencoba mengestimasikan berat badan pesawat untuk proses pengangkatan dengan balon pengapung.
"Kalau harus diangkat mesin (pesawat, red.) sudah tahu posisinya. Barangnya harus diestimasi beratnya, karena mungkin masih menempel di sayap, jadi beratnya harus diketahui supaya tahu alat apa yang dibutuhkan," katanya di Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah (Kalteng), Rabu.
Ia menyebut penyelam gabungan dari TNI AL, Mahakarya Geo Survey, Basarnas ikut melakukan estimasi berat badan pesawat.
"Syukur kalau bisa dapat korban dari sana. Karena mereka masih mengharapkan ada keluarga yang bisa terevakuasi, 70 persen keluarga masih mengharapkan, apapun itu bentuknya, termasuk barang milik korban," ujar dia.
Sejauh ini, arus laut yang mencapai lima knots membuat pencarian berjalan lambat. Penyelam dan alat remotely operated vehicle (ROV) kesulitan untuk melakukan identifikasi karena "visibility" yang buruk.
"Kita banyak hadapi kesulitan di lapangan untuk ROV dan penyelam. Mereka, termasuk Geo Survey, temukan obyek dengan sonar, tapi untuk melihatnya (visualnya, red.) susah, jadi harus sabar menunggu," ujar dia.
Kalkukasi berapa banyak balon pengapung yang harus disiapkan diperhitungan tim SAR, termasuk cara atau teknik khusus agar semua terangkat dengan baik, kata Supriyadi.
"Karena ekor pesawat yang sebelumnya diangkat ada bagian yang tidak terangkat karena berat 'engine' tidak diperhitungkan akhirnya turun dan membuat bagian depan ekor patah," ujar dia.
Tim SAR akan memastikan keberadaan korban dalam badan pesawat.
"Jika terlihat ada korban akan dievakuasi, jika tidak ada Basarnas mungkin saja akan rekomendasikan operasi harian dihentikan," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2015
"Kalau harus diangkat mesin (pesawat, red.) sudah tahu posisinya. Barangnya harus diestimasi beratnya, karena mungkin masih menempel di sayap, jadi beratnya harus diketahui supaya tahu alat apa yang dibutuhkan," katanya di Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah (Kalteng), Rabu.
Ia menyebut penyelam gabungan dari TNI AL, Mahakarya Geo Survey, Basarnas ikut melakukan estimasi berat badan pesawat.
"Syukur kalau bisa dapat korban dari sana. Karena mereka masih mengharapkan ada keluarga yang bisa terevakuasi, 70 persen keluarga masih mengharapkan, apapun itu bentuknya, termasuk barang milik korban," ujar dia.
Sejauh ini, arus laut yang mencapai lima knots membuat pencarian berjalan lambat. Penyelam dan alat remotely operated vehicle (ROV) kesulitan untuk melakukan identifikasi karena "visibility" yang buruk.
"Kita banyak hadapi kesulitan di lapangan untuk ROV dan penyelam. Mereka, termasuk Geo Survey, temukan obyek dengan sonar, tapi untuk melihatnya (visualnya, red.) susah, jadi harus sabar menunggu," ujar dia.
Kalkukasi berapa banyak balon pengapung yang harus disiapkan diperhitungan tim SAR, termasuk cara atau teknik khusus agar semua terangkat dengan baik, kata Supriyadi.
"Karena ekor pesawat yang sebelumnya diangkat ada bagian yang tidak terangkat karena berat 'engine' tidak diperhitungkan akhirnya turun dan membuat bagian depan ekor patah," ujar dia.
Tim SAR akan memastikan keberadaan korban dalam badan pesawat.
"Jika terlihat ada korban akan dievakuasi, jika tidak ada Basarnas mungkin saja akan rekomendasikan operasi harian dihentikan," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2015