Pontianak (Antara Kalbar) - Ikhlas. Kata itulah yang dicanangkan AKBP Andi Harun AR, sebagai motto pertama dari institusi yang dipimpinnya sejak 25 Juli 2012, Badan Narkotika Nasional Kota Pontianak.

Motto lainnya adalah, jujur, ulet dan sabar. Ia yakin, tantangan dan rintangan apapun bakal mudah dilewati kalau empat hal tersebut dilakukan sungguh-sungguh.

Sejak dilantik sebagai Kepala BNN Kota Pontianak, ia langsung bergerak cepat. Dua hari sesudah pelantikan, ia memimpin rapat internal. Tujuannya untuk merumuskan langkah terbaik dalam menangani narkoba di kota tersebut.

Salah satu hasilnya, dibentuk dua tim. Tim pertama langsung di bawah kendalinya dengan sasaran kalangan rumah ibadah dan sekolah agama.

Ia juga mengunjungi dan bersilaturahim dengan masyarakat Kampung Beting, Pontianak Timur. Kampung Beting dikenal sebagai daerah di Kota Pontianak yang rawan peredaran narkoba. Setelah mendapat sambutan yang baik, ia mengadakan tes urine di kampung itu pada tahun 2013. Hasilnya, dari 175 orang warga asli Kampung Beting yang ikut tes urine, semuanya negatif narkoba.

Tak hanya siang hari, pada malam hari juga pernah dilakukan tes urine. Hasilnya, semua yang ikut, yakni 225 orang, negatif narkoba.

Sedangkan tim kedua, diketuai para kepala seksi di institusi vertikal tersebut. Sasarannya adalah organisasi kemasyarakatan, tokoh masyarakat di tiap kelurahan. Tidak hanya narkoba, mereka juga sosialisasi tentang penyakit masyarakat.

"Dan ini terus berlangsung sampai sekarang," kata Andi Harun.

Setiap pekan, usai Shalat Jumat ia meminta waktu kepada pengurus masjid untuk menyampaikan tentang bahaya narkoba. Pada Jumat (23/1) misalnya, ia menyosialisasikan bahaya narkoba di sebuah masjid di Perum III, Pontianak Timur.

"Minta waktu 10 menit saja," kata pria paruh baya ini.

Atau pada Minggu, sosialisasi di gereja. Semua tempat ibadah, dilakoninya. Ia juga memiliki dalil dari berbagai agama yang menyatakan larangan terhadap narkoba.


Fungsi Intelijen

Setelah sekian waktu menjalankan program tersebut, pada 2013 ia mengevaluasinya. Ia pun berdiskusi dengan beberapa pihak agar upaya mencegah peredaran narkoba di Pontianak, semakin optimal.

Wadah untuk kader antinarkoba yang sudah direkrut selama ini, dibentuk dan disiapkan lebih lengkap dan luas. Forum Masyarakat Antinarkoba Kota Pontianak, namanya. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga disiapkan. Andi Harun tak ingin main-main dalam upayanya mencegah narkoba.

"Ini bukan untuk saya, tapi untuk kepentingan bersama, semua pihak," katanya menegaskan.

Selain itu, forum tersebut didaftarkan di Kesbangpol Linmas. Lewat berbagai cara itu, ruang gerak peredaran narkoba diupayakan dipersempit.

Caranya, dengan merekrut kader antinarkoba hingga tingkat gang. Ia mendata ada 2.555 gang di enam kecamatan di Kota Pontianak. Dengan merekrut tiga orang kader di masing-masing gang, Andi Harun yang lama berkecimpung di dunia intelijen kepolisian itu yakin gerak peredaran narkoba semakin mudah dipantau.

Peredaran narkoba menganut hukum ekonomi. Selama permintaan ada, pasokan akan selalu ada sehingga ada rantai yang perlu diputus. "Kalau hanya pemberantasan, akan dengan mudah muncul pemain-pemain baru di bisnis ini," ujarnya.

Tidak mengherankan peredaran narkoba semakin luas dan massif. Bahkan menjangkau hingga ke daerah terpencil di Kalbar. Seperti di kecamatan yang letaknya cukup jauh dari ibu kota kabupaten.


Menguji Guru

Ia punya kisah menarik terkait pemahaman masyarakat tentang narkoba. Penasaran dengan pemahaman guru tentang narkoba, ia pun meminta salah seorang kader yang berstatus siswa berpura-pura sakit saat di kelas. Saat ditanya, siswa tersebut lalu menunjukkan sebutir obat ke guru sambil menyebut sebuah merek dagang obat yang kerap diiklanan di televisi.

Sang guru mahfum dan mempersilahkan siswa itu pulang sambil meminum obat tersebut. "Padahal yang ditunjukkan itu adalah ekstasi. Bagaimana mungkin kita bilang tentang bahaya narkoba, tetapi kita sendiri tidak tahu seperti apa narkoba itu," katanya setengah bertanya.

Menurut dia, untuk menghadapi musuh, harus mengenal musuh secara baik. Ia yakin, untuk mencegah sesuatu, maka pondasinya harus kuat. Untuk itu ia mengusulkan pentingnya pengenalan narkoba dan bahayanya sejak usia dini sehingga diharapkan semakin lama siswa semakin memahaminya.

"Ini yang disebut memutus rantai peredaran narkoba," kata Andi Harun.

Jadi, ketika siswa sejak usia dini hingga dewasa sudah direcoki tentang bahaya narkoba, maka akan menimbulkan perlawanan secara otomatis saat mereka ditawari menggunakannya.

"Ketika permintaan tidak ada, maka pasokan pun terhenti," katanya yakin.

Ia sudah mengajak Pemerintah Kota Pontianak melalui dinas terkait untuk mengagas hal ini lebih lanjut. Ia mengingatkan, pembangunan fisik suatu kota penting. Namun penguatan sumber daya manusianya juga sangat penting. Keduanya harus tumbuh dan sinergi bersama.

Berdasarkan data Polda Kalbar, di Kota Pontianak pada tahun 2013 ada 98 kasus narkoba yang ditangani. Tahun lalu, jumlahnya berkurang menjadi 88 kasus. Andi Harun tidak mau jumawa penurunan itu karena kerja keras BNN Kota Pontianak.

"Mungkin karena memang tidak tertangkap, atau kurang bukti," katanya.

Yang jelas, ia kini mendapat semakin banyak dukungan dalam upaya mencegah narkoba di Pontianak.

Saat ini, baginya Kota Pontianak sudah tahap rawan narkoba. Kalau dibiarkan, bukan tidak mungkin akan menjadi darurat narkoba. Tentu saja ia tidak bisa sendirian.

"Semua harus bersama-sama menyelamatkan generasi ini, bangsa ini dari narkoba," katanya menegaskan.

Dengan anggaran yang terbatas, ia dan BNN Kota Pontianak terus bergerak. "Termasuk setiap Minggu sosialisasi ke rumah ibadah," kata dia.

Itu tidak termasuk dalam kegiatan yang dibiayai negara. Namun ia tetap yakin selalu ada jalan untuk itu. "Kuncinya, ikhlas," kata dia.

(T011/M026)

Pewarta: Teguh Imam Wibowo

Editor : Nurul Hayat


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2015