Nanga Pinoh (Antara Kalbar) - Hambatan penanggulangan rabies di Melawi bukan hanya luasnya daerah yang terkena wabah rabies, tapi juga persoalan tenaga yang melakukan vaksinasi pada hewan pembawa rabies seperti anjing sangatlah terbatas.

Di Melawi, bahkan cuma ada dua orang petugas vaksinasi yang mesti turun hingga ke desa-desa di pedalaman.

Kepala Seksi Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteeriner (Keswan dan Kesmavet) Dinas Pertanian, Perikanan, Peternakan Melawi, Theodoria M Mnir, saat dijumpai di ruang kerjanya Senin, mengisahkan betapa beratnya tugas vaksinator (orang yang memvaksinasi hewan), apalagi dalam kasus rabies yang begitu mewabah hampir di seluruh kecamatan.

"Kita sangat kekurangan tenaga vaksinator. Masak dua orang harus tangani satu kabupaten, bahkan saya sampai harus ke Nusa Poring yang ada di ujung kecamatan Menukung. Sementara pak Basuki bertugas ke kecamatan Sayan, Sokan," ucapnya.

Theodoria mengakui petugas vaksinasi yang ada pun harus menjangkau desa-desa yang sangat jauh dari ibu kota kabupaten. Itu belum lagi soal medan jalan yang sangat berat, khususnya di musim hujan seperti sekarang.

"Kami semua pakai motor karena memang kita tak punya mobil operasional. Lagi pula mau ke desa memang tak mungkin pakai mobil. Jadi sudah biasa, saya terguling guling, jatuh bangun lewat jalan ke desa-desa ini," katanya.

Theodoria mengaku pihaknya kewalahan menangani kasus rabies, terutama jika memvaksinasi anjing hingga ke seluruh kecamatan. Tahun-tahun sebelumnya memang vaksinasi anjing rutin dilakukan, tapi lebih kepada desa-desa yang berada di wilayah perbatasan Kalbar-Kalteng saja. Tak seperti setelah rabies mewabah, mau tak mau, desa yang terdapat kasus gigitan anjing juga harus divaksinasi.

"Kita sekarang hanya ada dua tenaga vaksinator yang berstatus honorer dari provinsi. Satu di wilayah Sayan, Sokan, yakni pak Basuki. Satu wilayah Menukung yaitu Hendri, serta petugas cek poin yang menjaga di jalan koridor PT Erna di km 74, yakni pak Bujang Selatan," katanya.

Kesulitan lainnya saat melakukan vaksinasi pada anjing, katanya adalah masyarakat yang menolak hewan peliharaannya untuk diberikan vaksin. Karena ada sugesti, terutama di wilayah pedalaman bahwa anjing khususnya yang memang dipergunakan untuk berburu, bila disuntikan vaksin anti rabies, anjingnya kemudian menjadi malas.

"Namun,  ada juga desa yang justru warganya dengan sukarela minta anjingnya diberikan vaksin. Terutama di desa yang sudah ada kasus gigitan anjing gila. Seperti di Lintah Taum, di wilayah Tanah Pinoh Barat, saat kami datang, mereka sudah mengantre menggendong anjingnya untuk diberikan vaksin. Kalau yang belum ada kasus, justru masih susah," terangnya.

Theodoria pun tak khawatir ia menjadi korban gigitan anjing saat melakukan vaksinasi. Hal ini karena sebelum melakukan vaksinasi, para petugas vaksinator terlebih dahulu diberikan suntikan VAR (vaksin anti rabies) oleh petugas kesehatan.

"Ya kita sih memang belum pernah ada yang sampai tergigit selama menjalankan tugas ini," terangnya.

Kasus anjing gila di Melawi, kata Theodoria pun awalnya muncul dari kecamatan Sayan pada bulan Juni tahun lalu. Kemudian merebak ke wilayah Tanah Pinoh, dan dari kecamatan itu baru muncul laporannya ke kabupaten.

"Penyebarannya dari Sayan, ke Tanah Pinoh, baru ke Tanah Pinoh Barat, kemudian ke Sokan, Belimbing Hulu, Pinoh Selatan. Kemudian menyebar sampai ke Ella, Nanga Pinoh dan kemudian kasusnya muncul di Belimbing," ucapnya.

Sekarang terangnya, bahkan sudah ada laporan via sms adanya anak yang digigit di desa Batu Buil di kecamatan Belimbing. Kasus gigitan anjing ini sendiri terjadi di wilayah yang justru tak berbatasan langsung dengan Kalteng, tapi berada di wilayah tengah-tengah.

"Mungkin karena bisa jadi anjing yang di desa perbatasan sudah kita vaksinasi sehingga kebal rabies. Jadi yang dijaga di perbatasan, malah kejadian gigitannya di tengah-tengah Melawi," tuturnya.

 Theodoria pun berharap bisa ada petugas vaksinasi yang berada di setiap desa. Petugas ini bisa diberikan pelatihan terlebih dahulu. Karena selain kekurangan SDM, pihaknya juga mengakui masih kekurangan fasilitas pendukung.

(Ekos/N005)

Pewarta: Eko Susilo

Editor : Nurul Hayat


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2015