Nunukan (Antara Kalbar) - Peta perbatasan Indonesia-Malaysia di Kabupaten Nunukan, Kaltara yang dipegang TNI diragukan kebenarannya oleh tokoh masyarakat karena bertentangan dengan kesepakatan Kerajaan Inggris dengan Kerajaan Bulungan pada 1891.
Salah seorang tokoh masyarakat Kabupaten Nunukan, Abdul Wahab Kiak di Nunukan, Selasa menyangsikan keabsahan peta perbatasan yang dimiliki pemerintah Indonesia yang menjadi pegangan aparat TNI, di mana tapal batas di Pulau Kayu Mati berbelok memasuki wilayah perairan Indonesia di Kabupaten Nunukan.
Padahal, katanya, berdasarkan perjanjian antara Kerajaan Inggris yang menjajah Malaya (sekarang Malaysia) dengan Kerajaan Bulungan yang menguasai wilayah Pulau Kalimantan bagian utara termasuk sebagian wilayah Negeri Sabah, Malaysia, patok perbatasan wilayah kekuasaan di Pulau Kayu Mati pada koordinat empat derajat 10 menit.
Ia menceritakan, sekitar 200 meter dari pantai timur Pulau Kayu Mati (Kabupaten Nunukan) tepatnya pada sebuah sungai atau rawa terdapat sebuah patok perbatasan dengan tinggi diperkirakan mencapai satu meter terbuat dari beton dengan tulisan "Malaysia" dengan tanda panah menunjuk arah barat dan "Indonesia" menunjuk arah timur.
"Sangat aneh peta yang dipegang TNI sekarang di mana seluruh wilayah daratan Pulau Kayu Mati masuk wilayah Malaysia, bahkan sebagian wilayah perairan pun telah menjadi wilayah Malaysia," kata Abdul Wahab Kiak kepada sejumlah wartawan.
Abdul Wahab Kiak menegaskan, kemungkinan besar peta tapal batas milik TNI tersebut baru dibuat karena posisi pos pemantau polisi laut Malaysia telah tertera di situ, padahal baru dimulai pembangunannya.
"Kita perlu mempertanyakan peta yang dimiliki TNI itu kenapa semua wilayah Pulau Kayu Mati hingga ratusan meter perairan Indonesia masuk wilayah Malaysia. Sementara ada patok perbatasan setinggi 1-3 meter di tengah-tengah pulau itu," kata tokoh masyarakat yang mengaku telah berada di Kabupaten Nunukan sejak 1955 itu.
Ia juga mengaku pernah memiliki peta perbatasan hasil perjanjian Inggris dengan Kerajaan Bulungan, tetapi dipinjam oknum anggota Kodim 0911/Nunukan dan tidak dikembalikan hingga saat ini.
Keberadaan patok perbatasan Indonesia-Malaysia di Pulau Kayu Mati itu diperkuat oleh Imam Basran sebelumnya, bahwa dia pernah menemukan patok perbatasan kedua negara yang terbuat dari beton yang berdiri di atas rawa sebelum simpang tiga sungai menuju Serudung, Kalabakan, Malaysia itu.
Penemuan patok perbatasan yang diduga buatan Kerajaan Inggeris sewaktu menjajah Malaysia tersebut ketika sering menangkap ikan menggunakan keramba atau lebih dikenal dengan nama masyarakat setempat "Kelong" sebelum konfrontasi Indonesia dengan Malaysia pada 1964.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2015
Salah seorang tokoh masyarakat Kabupaten Nunukan, Abdul Wahab Kiak di Nunukan, Selasa menyangsikan keabsahan peta perbatasan yang dimiliki pemerintah Indonesia yang menjadi pegangan aparat TNI, di mana tapal batas di Pulau Kayu Mati berbelok memasuki wilayah perairan Indonesia di Kabupaten Nunukan.
Padahal, katanya, berdasarkan perjanjian antara Kerajaan Inggris yang menjajah Malaya (sekarang Malaysia) dengan Kerajaan Bulungan yang menguasai wilayah Pulau Kalimantan bagian utara termasuk sebagian wilayah Negeri Sabah, Malaysia, patok perbatasan wilayah kekuasaan di Pulau Kayu Mati pada koordinat empat derajat 10 menit.
Ia menceritakan, sekitar 200 meter dari pantai timur Pulau Kayu Mati (Kabupaten Nunukan) tepatnya pada sebuah sungai atau rawa terdapat sebuah patok perbatasan dengan tinggi diperkirakan mencapai satu meter terbuat dari beton dengan tulisan "Malaysia" dengan tanda panah menunjuk arah barat dan "Indonesia" menunjuk arah timur.
"Sangat aneh peta yang dipegang TNI sekarang di mana seluruh wilayah daratan Pulau Kayu Mati masuk wilayah Malaysia, bahkan sebagian wilayah perairan pun telah menjadi wilayah Malaysia," kata Abdul Wahab Kiak kepada sejumlah wartawan.
Abdul Wahab Kiak menegaskan, kemungkinan besar peta tapal batas milik TNI tersebut baru dibuat karena posisi pos pemantau polisi laut Malaysia telah tertera di situ, padahal baru dimulai pembangunannya.
"Kita perlu mempertanyakan peta yang dimiliki TNI itu kenapa semua wilayah Pulau Kayu Mati hingga ratusan meter perairan Indonesia masuk wilayah Malaysia. Sementara ada patok perbatasan setinggi 1-3 meter di tengah-tengah pulau itu," kata tokoh masyarakat yang mengaku telah berada di Kabupaten Nunukan sejak 1955 itu.
Ia juga mengaku pernah memiliki peta perbatasan hasil perjanjian Inggris dengan Kerajaan Bulungan, tetapi dipinjam oknum anggota Kodim 0911/Nunukan dan tidak dikembalikan hingga saat ini.
Keberadaan patok perbatasan Indonesia-Malaysia di Pulau Kayu Mati itu diperkuat oleh Imam Basran sebelumnya, bahwa dia pernah menemukan patok perbatasan kedua negara yang terbuat dari beton yang berdiri di atas rawa sebelum simpang tiga sungai menuju Serudung, Kalabakan, Malaysia itu.
Penemuan patok perbatasan yang diduga buatan Kerajaan Inggeris sewaktu menjajah Malaysia tersebut ketika sering menangkap ikan menggunakan keramba atau lebih dikenal dengan nama masyarakat setempat "Kelong" sebelum konfrontasi Indonesia dengan Malaysia pada 1964.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2015