Pontianak (Antara Kalbar) - Tingkat inflasi sebesar 0,43 persen sepanjang bulan Februari 2015 di Kota Pontianak, Provinsi Kalimantan Barat, merupakan dampak dari perayaan Imlek (Tahun Baru China), kata Kepala Perwakilan BI Provinsi Kalbar Dwi Suslamanto.
"Laju inflasi sebesar 0,43 persen itu disebabkan efek perayaan Imlek yang jatuh di bulan Februari," kata Dwi Suslamanto seusai menghadiri rapat dengan Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Kota Pontianak, Jumat.
Namun, menurut dia laju inflasi tersebut jauh lebih baik jika dibandingkan dengan lima tahun sebelumnya, yakni mulai 2010-2014 di mana rata-rata inflasi bulan Februari bisa mencapai 1,38 persen.
"Dengan laju inflasi yang berhasil ditekan hingga 0,43 persen ini, kerja TPID dinilainya sudah mulai kelihatan hasilnya. Secara akumulasi, inflasi bulan Januari dan Februari 2015 mencapai 1,62 persen atau jauh lebih baik jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2014 yang mencapai 8,16 persen," ungkapnya.
Menurut dia inflasi di Pontianak juga dipicu kenaikan komoditas lainnya, seperti harga tiket angkutan udara. "Tapi kalau stoknya cukup saya rasa harga bisa turun," ujarnya.
Dwi menjelaskan inflasi yang terjadi itu, bersifat musiman, seperti bertepatan pada perayaan Imlek, Idul Fitri dan Natal. Kendati demikian sebelum itu terjadi, pihaknya yang tergabung dalam TPID sudah menyiapkan beberapa langkah supaya efek dari inflasi itu tidak terlalu besar dan bisa ditekan.
"Untuk menekan inflasi di sektor angkutan udara, kami sudah melakukan koordinasi dengan perusahaan maskapai penerbangan agar harga tiket angkutan udara jangan terlalu tinggi, artinya walaupun harga tiket penerbangan naik, tetapi tidak secara drastis," katanya.
Ia menilai, inflasi tidak semata berdampak buruk, selama itu masih dalam batas kewajaran.
Kepala Perwakilan BI Kalbar menambahkan inflasi memang dibutuhkan asalkan jangan terlalu tinggi, karena inflasi diibaratkan pelumas bagi pertumbuhan ekonomi.
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) Kalbar mencatat Kota Pontianak, Kalimantan Barat, selama Februari 2015 mengalami inflasi sebesar 0,43 persen, yang dipicu kenaikan pada enam kelompok pengeluaran.
Keenam kelompok yang mengalami kenaikan, yakni kelompok bahan makanan naik sebesar 0,44 persen; disusul makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau 0,97 persen; perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar 1,05 persen; sandang 1,23 persen; kesehatan 0,58 persen; pendidikan, rekreasi dan olah raga 0,12 persen.
Sementara kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan turun sebesar 1,10 persen, kata Kepala BPS Kalbar, Badar.
(A057/B012)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2015
"Laju inflasi sebesar 0,43 persen itu disebabkan efek perayaan Imlek yang jatuh di bulan Februari," kata Dwi Suslamanto seusai menghadiri rapat dengan Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Kota Pontianak, Jumat.
Namun, menurut dia laju inflasi tersebut jauh lebih baik jika dibandingkan dengan lima tahun sebelumnya, yakni mulai 2010-2014 di mana rata-rata inflasi bulan Februari bisa mencapai 1,38 persen.
"Dengan laju inflasi yang berhasil ditekan hingga 0,43 persen ini, kerja TPID dinilainya sudah mulai kelihatan hasilnya. Secara akumulasi, inflasi bulan Januari dan Februari 2015 mencapai 1,62 persen atau jauh lebih baik jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2014 yang mencapai 8,16 persen," ungkapnya.
Menurut dia inflasi di Pontianak juga dipicu kenaikan komoditas lainnya, seperti harga tiket angkutan udara. "Tapi kalau stoknya cukup saya rasa harga bisa turun," ujarnya.
Dwi menjelaskan inflasi yang terjadi itu, bersifat musiman, seperti bertepatan pada perayaan Imlek, Idul Fitri dan Natal. Kendati demikian sebelum itu terjadi, pihaknya yang tergabung dalam TPID sudah menyiapkan beberapa langkah supaya efek dari inflasi itu tidak terlalu besar dan bisa ditekan.
"Untuk menekan inflasi di sektor angkutan udara, kami sudah melakukan koordinasi dengan perusahaan maskapai penerbangan agar harga tiket angkutan udara jangan terlalu tinggi, artinya walaupun harga tiket penerbangan naik, tetapi tidak secara drastis," katanya.
Ia menilai, inflasi tidak semata berdampak buruk, selama itu masih dalam batas kewajaran.
Kepala Perwakilan BI Kalbar menambahkan inflasi memang dibutuhkan asalkan jangan terlalu tinggi, karena inflasi diibaratkan pelumas bagi pertumbuhan ekonomi.
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) Kalbar mencatat Kota Pontianak, Kalimantan Barat, selama Februari 2015 mengalami inflasi sebesar 0,43 persen, yang dipicu kenaikan pada enam kelompok pengeluaran.
Keenam kelompok yang mengalami kenaikan, yakni kelompok bahan makanan naik sebesar 0,44 persen; disusul makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau 0,97 persen; perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar 1,05 persen; sandang 1,23 persen; kesehatan 0,58 persen; pendidikan, rekreasi dan olah raga 0,12 persen.
Sementara kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan turun sebesar 1,10 persen, kata Kepala BPS Kalbar, Badar.
(A057/B012)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2015