Pontianak, (Antara Kalbar) - Bank Indonesia Perwakilan Kalimantan Barat menyebutkan inflasi bulan Februari 2015 hanya sebesar 0,19 persen (mtm) dan menjadi yang terendah dalam sepuluh terakhir.
"Berdasarkan tingkat inflasi bulanan, sejak Februari 2006 hingga 2014 rata-rata sebesar 1,18 persen. Fakta tersebut menempatkan inflasi Februari 2015 menjadi yang terendah dalam sepuluh terakhir," kata Kepala Kantor BI Perwakilan Kalimantan Barat Dwi Sulasmanto di Pontianak, Senin.
Sementara itu, lanjutnya, kondisi inflasi di dua kota sampel di Kalimantan Barat yaitu Kota Pontianak dan Kota Singkawang masing-masing sebesar 0,43 persen (mtm) dan 0,19 persen (mtm).
Setelah tergerus inflasi yang cukup tinggi pada bulan Januari 2015, kondisi daya beli masyarakat Kalbar mulai membaik seiring dengan penurunan tekanan inflasi bulan Februari 2015 yang tercatat sebesar 0,39 persen (mtm).
"Walaupun secara konsisten kerap memicu kenaikan tekanan inflasi Kalimantan Barat di awal tahun, perayaan Imlek pada tahun ini tidak memberikan dampak sebesar tahun-tahun sebelumnya," tuturnya.
Dia menjelaskan, berdasarkan kelompok komoditas, tekanan inflasi kelompok bahan makanan yang harganya bergejolak pada Februari 2015 terutama dipicu oleh sub kelompok buah-buahan dan komoditas telur ayam ras.
Tekanan inflasi pada sub kelompok buah-buahan terjadi seiring dengan meningkatnya pemintaan karena adanya tradisi dalam perayaan Imlek.
Sedangkan untuk komoditas telur ayam ras, kenaikan harga disebabkan oleh terbatasnya pasokan dari daerah produsen seperti Singkawang dan Rasau Jaya. Di sisi lain, beberapa komoditas "volatile foods" lainnya seperti daging ayam ras, ikan kembung, dan sawi hijau yang pada bulan sebelumnya menjadi sumber tekanan inflasi, kali ini justru menjadi peredam inflasi.
"Selain itu, pada kelompok komoditas inti, tekanan inflasi masih didorong oleh kenaikan harga tiket angkutan udara tetapi kali ini kenaikannya masih berada dalam kisaran yang lebih terkendali. Di sisi lain, kelompok komoditas yang harganya diatur pemerintah (administered prices) masih mengalami deflasi pada bulan Februari 2015 ini," katanya.
Dwi juga menyebutkan, Deflasi terutama bersumber dari koreksi harga bensin dan bahan bakar rumah tangga. Namun, tarif listrik untuk pelanggan non-subsidi mengalami kenaikan sehingga cukup memberikan tekanan pada kelompok administered prices.
Bercermin dari data realisasi inflasi bulanan Kalimantan Barat selama setahun terakhir, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Barat telah melakukan kajian terkait manajemen pengendalian inflasi.
" Fokus utama program kerja pengendalian inflasi ditujukan untuk dapat menggeser komoditas yang berada di kuadran satu seperti angkutan udara, nasi dengan lauk, beras, dan cabai rawit ke kuadran dua atau tiga," kata Dwi.
Untuk dapat mencapai tujuan tersebut, lanjutnya, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Barat sebagai bagian dari Tim Pengendalian Inflasi Daerah, mengusulkan beberapa alternatif rekomendasi, yakni menjaga ketersediaan dan kelancaran distribusi bahan pangan melalui kegiatan operasi pasar dan sidak gudang secara rutin.
Selain itu memperkuat penegakan hukum terhadap pelaku usaha untuk menghindari upaya memainkan harga serta meningkatkan pengawasan distribusi LPG tiga kilogram, meningkatkan produktivitas dan memanfaatkan lahan menganggur untuk mendukung program ketahanan pangan
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2015
"Berdasarkan tingkat inflasi bulanan, sejak Februari 2006 hingga 2014 rata-rata sebesar 1,18 persen. Fakta tersebut menempatkan inflasi Februari 2015 menjadi yang terendah dalam sepuluh terakhir," kata Kepala Kantor BI Perwakilan Kalimantan Barat Dwi Sulasmanto di Pontianak, Senin.
Sementara itu, lanjutnya, kondisi inflasi di dua kota sampel di Kalimantan Barat yaitu Kota Pontianak dan Kota Singkawang masing-masing sebesar 0,43 persen (mtm) dan 0,19 persen (mtm).
Setelah tergerus inflasi yang cukup tinggi pada bulan Januari 2015, kondisi daya beli masyarakat Kalbar mulai membaik seiring dengan penurunan tekanan inflasi bulan Februari 2015 yang tercatat sebesar 0,39 persen (mtm).
"Walaupun secara konsisten kerap memicu kenaikan tekanan inflasi Kalimantan Barat di awal tahun, perayaan Imlek pada tahun ini tidak memberikan dampak sebesar tahun-tahun sebelumnya," tuturnya.
Dia menjelaskan, berdasarkan kelompok komoditas, tekanan inflasi kelompok bahan makanan yang harganya bergejolak pada Februari 2015 terutama dipicu oleh sub kelompok buah-buahan dan komoditas telur ayam ras.
Tekanan inflasi pada sub kelompok buah-buahan terjadi seiring dengan meningkatnya pemintaan karena adanya tradisi dalam perayaan Imlek.
Sedangkan untuk komoditas telur ayam ras, kenaikan harga disebabkan oleh terbatasnya pasokan dari daerah produsen seperti Singkawang dan Rasau Jaya. Di sisi lain, beberapa komoditas "volatile foods" lainnya seperti daging ayam ras, ikan kembung, dan sawi hijau yang pada bulan sebelumnya menjadi sumber tekanan inflasi, kali ini justru menjadi peredam inflasi.
"Selain itu, pada kelompok komoditas inti, tekanan inflasi masih didorong oleh kenaikan harga tiket angkutan udara tetapi kali ini kenaikannya masih berada dalam kisaran yang lebih terkendali. Di sisi lain, kelompok komoditas yang harganya diatur pemerintah (administered prices) masih mengalami deflasi pada bulan Februari 2015 ini," katanya.
Dwi juga menyebutkan, Deflasi terutama bersumber dari koreksi harga bensin dan bahan bakar rumah tangga. Namun, tarif listrik untuk pelanggan non-subsidi mengalami kenaikan sehingga cukup memberikan tekanan pada kelompok administered prices.
Bercermin dari data realisasi inflasi bulanan Kalimantan Barat selama setahun terakhir, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Barat telah melakukan kajian terkait manajemen pengendalian inflasi.
" Fokus utama program kerja pengendalian inflasi ditujukan untuk dapat menggeser komoditas yang berada di kuadran satu seperti angkutan udara, nasi dengan lauk, beras, dan cabai rawit ke kuadran dua atau tiga," kata Dwi.
Untuk dapat mencapai tujuan tersebut, lanjutnya, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Barat sebagai bagian dari Tim Pengendalian Inflasi Daerah, mengusulkan beberapa alternatif rekomendasi, yakni menjaga ketersediaan dan kelancaran distribusi bahan pangan melalui kegiatan operasi pasar dan sidak gudang secara rutin.
Selain itu memperkuat penegakan hukum terhadap pelaku usaha untuk menghindari upaya memainkan harga serta meningkatkan pengawasan distribusi LPG tiga kilogram, meningkatkan produktivitas dan memanfaatkan lahan menganggur untuk mendukung program ketahanan pangan
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2015