Nanga Pinoh (Antara Kalbar) - Keberadaan drainase atau parit sebenarnya sangat sentral, terutama dalam pembangunan infrastruktur sebuah kota, karena itu Wakil Bupati Melawi menyoroti ketiadaan sistem drainase itu.
Wakil Bupati Melawi, Panji menyoroti soal tidak adanya sistem drainase utama di dalam kota Nanga Pinoh. Sehingga kerap kali terjadi penumpukan air di beberapa ruas jalan saat hujan terjadi.
"Ini harusnya menjadi perhatian Dinas PU (pekerjaan umum) dimana kita sampai saat ini belum memiliki parit induk besar yang harusnya ada pada tepi kiri dan kanan jalan poros. Tapi sekarang tidak ada pembangunan yang berarti terkait drainase tersebut," katanya saat membuka kegiatan sosialisasi Undang-Undang Lingkungan Hidup di Emaus, Rabu.
Dia mengatakan, semestinya, keberadaan parit induk menjadi drainase utama. Parit tersebut harusnya direncanakan dengan sedemikian rupa, dengan ukuran berapa dan kemana harus mengalir.
"Tanpa sistem drainase yang benar, maka lingkungan Kota Nanga Pinoh tidak akan pernah baik. Kemana air ini mengalir dan juga kemudian malah menjadi genangan dimana-mana," katanya.
Lingkungan hidup, kata Panji jelas tak bisa dipisahkan dengan tata ruang. Makanya harus ada perencanaan yang baik untuk membangun dengan berlandaskan wawasan lingkungan.
"Seperti soal drainase sepertinya ini kurang menjadi perhatian. Setiap kali ada pelebaran jalan, yang dilakukan hanya memindahkan pipa atau kabel. Padahal seharusnya bisa dilakukan sekaligus dengan membangun parit," katanya.
Dari pantauan di lapangan, memang banyak ruas jalan protokol khususnya tak tersedia parit pada dua sisi ruas jalan. Ada yang hanya berada di satu sisi saja, dan ada drainase yang telah tertimbun atau tertutup pembangunan ruko-ruko.
Bahkan sebagian besar ruko tidak memiliki atau membangun parit atau drainase di depannya.
"Sistemnya yang harus dibangun dahulu. Kalau tidak ada sistem, ya akan jadi omong kosong. Jadi bagaimana sistem kerja, hubungan dan juga komunikasi antar instansi harus dibentuk dahulu untuk membenahi drainase," tukas Panji.
(Ekos/N005)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2015
Wakil Bupati Melawi, Panji menyoroti soal tidak adanya sistem drainase utama di dalam kota Nanga Pinoh. Sehingga kerap kali terjadi penumpukan air di beberapa ruas jalan saat hujan terjadi.
"Ini harusnya menjadi perhatian Dinas PU (pekerjaan umum) dimana kita sampai saat ini belum memiliki parit induk besar yang harusnya ada pada tepi kiri dan kanan jalan poros. Tapi sekarang tidak ada pembangunan yang berarti terkait drainase tersebut," katanya saat membuka kegiatan sosialisasi Undang-Undang Lingkungan Hidup di Emaus, Rabu.
Dia mengatakan, semestinya, keberadaan parit induk menjadi drainase utama. Parit tersebut harusnya direncanakan dengan sedemikian rupa, dengan ukuran berapa dan kemana harus mengalir.
"Tanpa sistem drainase yang benar, maka lingkungan Kota Nanga Pinoh tidak akan pernah baik. Kemana air ini mengalir dan juga kemudian malah menjadi genangan dimana-mana," katanya.
Lingkungan hidup, kata Panji jelas tak bisa dipisahkan dengan tata ruang. Makanya harus ada perencanaan yang baik untuk membangun dengan berlandaskan wawasan lingkungan.
"Seperti soal drainase sepertinya ini kurang menjadi perhatian. Setiap kali ada pelebaran jalan, yang dilakukan hanya memindahkan pipa atau kabel. Padahal seharusnya bisa dilakukan sekaligus dengan membangun parit," katanya.
Dari pantauan di lapangan, memang banyak ruas jalan protokol khususnya tak tersedia parit pada dua sisi ruas jalan. Ada yang hanya berada di satu sisi saja, dan ada drainase yang telah tertimbun atau tertutup pembangunan ruko-ruko.
Bahkan sebagian besar ruko tidak memiliki atau membangun parit atau drainase di depannya.
"Sistemnya yang harus dibangun dahulu. Kalau tidak ada sistem, ya akan jadi omong kosong. Jadi bagaimana sistem kerja, hubungan dan juga komunikasi antar instansi harus dibentuk dahulu untuk membenahi drainase," tukas Panji.
(Ekos/N005)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2015