Sintang (Antara Kalbar) - Pemilik kapal penyeberangan di Kecamatan Serawai, Kabupaten Sintang, mengeluhkan turunnya jumlah penumpang seiring anjloknya harga karet.
    Anwar Sadat, 35, pengelola salah satu kapal tak mampu menutupi kesedihannya melihat kenyataan saat ini.
    Pria yang kerap disapa Yak Adat itu mengaku selain harga karet yang tak kunjung stabil ditambah harga BBM yang melonjak menambah sempurna keterpurukannya.
    Menurut Anwar bukan hanya dirinya yang mengeluhkan keadaan ekonomi saat ini yang karut marut melainkan hampir seluruh penambang lainnya mengungkapkan hal senada.
    Pria lajang ini sudah berprofesi sebagai penambang sejak tujuh tahun silam. Dia masih beruntung dibanding rekan seprofesi lainnya yang harus menghidupi anak dan istri mereka karena hanya menanggung kehidupannya sendiri.
    Yak Adat mengatakan meskipun dirinya hanya menanggung biaya hidup sendiri namun dia masih saja harus pandai-pandai mengatur keuangannya. "Saya yang sendiri jak susah apalagi yang udah punya anak istri," kata Yak Adat.
   Yak Adat menceritakan dia hanya berharap dari anak sekolah yang hendak menyeberang berangkat sekolah dari Desa Tanjung Raya ke Pasar Serawai tiap pagi. Itupun masih tak mampu menutupi biaya BBM yang dikeluarkannya setiap hari.
    Yak Adat mengungkapkan untuk satu kali penyeberangan bagi anak sekolah dikenakan biaya Rp2000 dan penumpang umum Rp3000. Yak Adat menyatakan dirinya paling hanya mampu mendapatkan penumpang paling banyak tiga sampai empat orang perharinya. Bahkan tak jarang kapal yang dikendarainya hanya lebih sering terparkir di dermaga Serawai.
    Padahal untuk BBM Yak Adat harus mengeluarkan tujuh sampai delapan liter minyak dengan harga Rp12000 perliternya. "Jika dihitung-hitung pengeluaran yang digunakan dengan pemasukan tidak berimbang," katanya.
    Yak Adat menyatakan, dulunya dia mampu membawa pulang uang paling sedikit Rp100 ribu perharinya, kini untuk mendapatkan penghasilan Rp30 ribu dalam sehari sulitnya bukan main.     "Kalau ndak ada anak sekolah yang tiap pagi nyeberang, habislah jadi pengangguran jak nih," ungkap Yak Adat.
    Yak Adat menambahkan, pendapatannya bisa agak bertambah jika ada penumpang yang menyeberang sungai dengan membawa sepeda motor milik mereka. "Kalau ada yang nyeberang bawa motor, lumayan lah ongkosnya Rp 30 ribu," timpalnya.
    Keadaan ini membuat Yak Adat dan rekan seprofesinya merasa khawatir. Dirinya mengaku bingung hendak mencari pekerjaan apalagi karena memang profesinya sebagai penambang sudah ditekuni sejak lama. Dirinya hanya berharap ada perhatian dari pemerintah dan instansi terkait mengenai keadaan ekonomi khususnya di Kecamatan Serawai yang kian mengkhawatirkan.


Pewarta: Faiz

Editor : Teguh Imam Wibowo


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2015