Jakarta (Antara Kalbar) - Media diminta memerhatikan kepentingan dan lingkungan korban kekerasan perempuan dalam peliputan agar korban dan keluarganya tidak semakin merasa tersudut dengan adanya pemberitaan.

"Media tentunya ingin membuat berita selengkap mungkin dalam kasus kekerasan pada perempuan, tetapi mengungkapkan kasus kekerasan perempuan perlu juga dipikirkan dampaknya terhadap lingkungan korban," ujar Wakil Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan (Komnas Perempuan) Budi Wahyuni di Jakarta, Rabu.

Ia mengatakan tanpa kehati-hatian dalam pemberitaan, korban dan keluarganya justru dapat terstigma negatif sehingga menjadi tertutup dan tidak mendapatkan hak-haknya.

Media, ujar Budi, harus dapat mengemas berita tanpa mengeksploitasi korban sendiri serta menjadi pencerah agar kasus serupa tidak terjadi lagi.

"Media harus menjadi pencerah masyarakat agar kasus bisa menjadi proses pembelajaran tidak terjadi lagi, jangan hanya mengejar pembaca," tutur Budi.

Menurut dia, masyarakat akan menghargai "agenda setting" media dan akan mengikuti pemberitaan media meski tidak memberitakan secara heboh. Untuk itu ia meminta media tidak memberitakan kekerasan pada perempuan dengan pengungkapan secara berlebihan dengan mengejar selera masyarakat.

Selain itu, ia mengatakan media sebaiknya membantu mengubah perspektif perempuan adalah pihak yang bersalah dalam peristiwa kekerasan dan membangun pandangan laki-laki untuk tidak semena-mena pada perempuan.

Budi juga berharap media dapat memberikan pembelajaran mengenai kekerasan-kekerasan yang terjadi pada perempuan serta cara mencegah dan menanggulangi kekerasan tersebut.

"Berita dari media dengan mudah dicerna masyarakat, untuk itu sebaiknya media memberikan hal-hal yang positif seperti penyadaran pada masyarakat," kata dia.

(D020/T. Susilo)

Pewarta: Dyah Dwi Astuti

Editor : Nurul Hayat


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2015