Pontianak (Antara Kalbar) - Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Kalimantan Barat melakukan mitigasi (usaha mengurangi) risiko kenaikan harga selama bulan Ramadhan dan menjelang Hari Raya Idul Fitri 1436 Hijriah.

"Mencermati masih tingginya faktor risiko dan tantangan pengendalian inflasi yang dihadapi, koordinasi TPID Provinsi Kalimantan Barat akan terus diperkuat dan difokuskan terutama dalam rangka memitigasi risiko kenaikan harga selama bulan Ramadhan dan menjelang perayaan Hari Raya Idul Fitri," kata Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Kalimantan Barat, Dwi Suslamanto di Pontianak, Selasa.

Dia menjelaskan, untuk memitigasi risiko kenaikan harga terutama menjelang perayaan Hari Raya Idul Fitri, TPID Provinsi Kalimantan telah merumuskan beberapa rekomendasi kebijakan. Antara lain dengan melakukan "assessment" (penilaian) manajemen risiko inflasi guna menentukan komoditas strategis yang akan diintervensi, baik melalui inspeksi mendadak (sidak) lapangan maupun Operasi Pasar dan Pasar Murah.

Berdasarkan pemantauan historis komoditas yang berisiko tinggi antara lain tiket angkutan udara, daging dan telur ayam ras, beras, ikan kembung, dan daging sapi.

TPID Kalbar juga merekomendasikan kepada pemda untuk melakukan sidak harga dan stok ke semua pasar serta gudang-gudang distributor utama serta secara tegas akan mencabut izin usaha bagi pedagang besar yang mempermainkan harga dan stok. Tim yang melakukan sidak diminta mempublikasikan hasil sidak di media masa, untuk memberikan efek jera bagi pedagang maupun distributor yang mempermainkan harga.

"Kita juga akan berupaya dalam menekan fluktuasi harga tiket pesawat dengan melibatkan asosiasi maskapai penerbangan dalam pertemuan TPID. Kemudian kita akan meminta kepada Bulog agar mempercepat penyaluran raskin di tiap kecamatan dan desa di Kota Pontianak dengan mekanisme dana talangan APBD kepada Bulog sehingga raskin dapat dinikmati masyarakat lebih cepat tanpa mengganggu likuiditas keuangan Bulog dan dapat mengurangi permintaan beras di pasar tradisional," tuturnya.

Dia juga meminta kepada dinas terkait di seluruh daerah di Kalbar agar bisa selalu menginformasikan kepada masyarakat secara luas terkait kondisi ketersediaan dan kecukupan stok.

Dwi Suslamanto mengungkapkan inflasi yang terjadi di Kalbar selama Ramadhan tahun ini masih terkendali, meski beberapa barang kebutuhan pokok mengalami kenaikan.

"Meskipun mengalami kenaikan seiring dengan memasuki bulan Ramadhan, realisasi inflasi Provinsi Kalimantan Barat pada Juni 2015 relatif terkendali," katanya.

Dia mengatakan, upaya stabilisasi harga yang dilakukan oleh pemerintah daerah melalui inspeksi mendadak ke pasar dan gudang-gudang distributor serta Operasi Pasar dan Pasar Murah yang dilakukan guna memastikan ketersediaan pasokan dapat meredam gejolak harga yang lebih tinggi terutama pada komoditas pangan strategis.

Inflasi Kalimantan Barat pada Juni 2015 sebesar 0.54 persen, meningkat dibandingkan bulan sebelumnya 0,49 persen. Meskipun relatif mengalami peningkatan, namun kenaikan harga yang terjadi selama bulan Juni jauh lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata inflasi historis pada periode menjelang bulan Ramadhan di tahun-tahun sebelumnya yang mencapai 1.73 persen.

"Tekanan inflasi pada Juni terutama didorong oleh kenaikan harga bahan makanan memasuki bulan Ramadhan. Berdasarkan komponen pembentuknya, tekanan inflasi pada bulan laporan terutama didorong oleh peningkatan yang terjadi pada kelompok bahan pangan bergejolak (volatile foods) yang mencapai 1,69 per bulan atau 9.38 per tahun," tuturnya.

Hal itu bersumber dari tingginya peningkatan harga yang terjadi pada komoditas daging dan telur ayam ras, serta ikan kembung dan udang basah. Sementara tekanan inflasi yang bersumber dari kelompok inti masih relatif moderat sebesar 0,33 persen, menurun dari bulan sebelumnya 0,72 persen.

(KR-RDO/N005)

Pewarta: Rendra Oxtora

Editor : Nurul Hayat


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2015