Pontianak (Antara Kalbar) - Masyarakat Tionhoa Kota Singkawang Kalimantan Barat akan menggelar ritual pembakaran Kapal Wangkang yang dipusatkan di Topab Sinkung pada 28 Agustus, dan prosesinya akan dimulai pada pukul 18.00 wib.

"Ritual Kapal Wangkang merupakan puncak dari rangkaian sembahyang kubur atau sembahyang rampas. Sembahyang Kubur ini merupakan salah satu agenda wisata religius yang dilaksanakan setiap dua tahun sekali oleh masyarakat Tionghoa," kata Kepala Seksi Umat Budha, Kemenag Kota Singkawang, Suyitno di Singkawang, Senin.

Menurutnya, meski ritual sembahyang kubur selalu dilaksanakan namun untuk ritual Kapal Wangkang ini, baru pertama kalinya digelar di Kota Singkawang.

Ritual itu bertujuan untuk memberikan gambaran jika pada zaman dulu para pedagang yang datang menggunakan kapal. Juga sekaligus memberikan sesajian dan doa kepada arwah-arwah yang tidak disembahyangi oleh sanak familinya.

Sebagai pembina umat Budha, dia berharap, agar umat yang melaksanakan puncak sembahyang kubur atau sembahyang rampas itu dapat menjaga keamanan dan ketertiban, sehingga prosesi ritual itu bisa dilaksanakan dengan damai.

Sehingga, katanya, ritual yang dilaksanakan penuh dengan berkah baik segi kesehatannya, dipanjangkan umurnya dan dimurahkan rezekinya.

Menurutnya, ada dua lokasi yang akan merayakan hari puncak dari rangkaian sembahyang kubur atau sembahyang rampas itu. Antara lain, Vihara Budhi Dharma Jalan GM Situt dan di Topab Sinkung Jalan Pulau Natuna.

"Untuk di Vihara Budhi Dharma, prosesinya digelar pada pagi hari. Mereka menyiapkan paket beras dan makanan untuk diberikan kepada fakir miskin (umat yang kurang mampu). Sedangkan di Topab Sinkung, prosesinya digelar pada sore hari sampai selesai," tuturnya.

Di tempat terpisah, Wakil Ketua DPRD Singkawang, Sumberanto Tjitra mengatakan masyarakat Tionghoa masih percaya dengan tradisi Kapal Wangkang.

"Orang Tionghoa percaya dengan roh-roh orang yang sudah mati, tetapi banyak yang tidak dipedulikan oleh keluarganya, sehingga rohnya jadi gentayangan," jelasnya.

Melalui wadah Kapal Wangkang inilah, masyarakat Tionghoa memberinya makan dan doa kepada roh-roh yang sudah mati.

Setelah itu, katanya, mereka (roh-roh yang sudah mati) harus dikembalikan lagi ke asal usulnya dengan pembakaran kapal.***4***

(KR-RDO)



Nurul H

Pewarta: Rendra Oxtora

Editor : Admin Antarakalbar


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2015