Sungai Raya, Kalbar (Antara Kalbar) - Ratusan masyarakat dari Etnis Tionghoa memenuhi komplek pemakaman Yayasan Bhakti Suci yang terletak di Kecamatan Sungai Raya, Kabupaten Kubu Raya untuk melakukan ritual pembakaran kapal Wangkang.

"Pembangkaran kapal Wangkang ini merupakan ritual tahunan dari masyarakat Tionghoa dan selalu kita pusatkan di komplek pemakaman ini. Ritual pembakaran kapal Wangkang ini merupakan upacara puncak dari kegiatan Sembahyang Kubur yang diyakini masyarakat Tionghoa," kata Ketua Yayasan Bakti Suci Pontianak, The Lu Sia di Sungai Raya, Jumat.

Dia menjelaskan, ritual itu dilaksanakan setiap tahun bertepatan tanggal 15 bulan 7 penanggalan Imlek.

Sebelum kegiatan ritual pembakaran kapal Wangkang dilaksanakan, masyarakat Tionghoa sebelumnya melaksanakan prosesi sembahyang rebut, di mana dalam ritual sembahyang tersebut masyarakat Tionghoa menyajikan berbagai makanan dan buah-buahan yang ditujukan untuk para leluhur mereka.

Usai proses pembacaan doa dan ritual, makanan yang semula disajikan untuk roh tersebut, kemudian diperebutkan oleh masyarakat yang datang di sana.

Selain menyajikan makanan dan buah-buahan, masyarakat Tionghoa juga melakukan pembakaran uang kertas (uang roh) dan berbagai replika kebutuhan sandang dan papan yang juga ditujukan untuk roh leluhur mereka.

"Untuk sembahyang rebut ini bisa dilaksanakan di rumah masing-masing namun banyak juga yang menggelarnya di komplek pemakaman, tempat keluarga kita yang telah meninggal dimakamkan. Setelah proses ritual sembahyang kubur, baru lah kita menggelar ritual pembakaran kapal wangkang," tuturnya.

Di dalam kapal wangkang yang terbuat dari kertas tersebut, di dalamnya disimpan berbagai kebutuhan pokok, seperti beras, minyak goreng, uang kertas dan sebagainya. Setelah melakukan pembacaan doa dan beberapa ritual, barulah kapal ukuran besar tersebut dibakar, berikut isi yang ada di dalamnya.

"Menurut kepercayaan Tionghoa barang tersebut sebagai bekal yang dipersembahkan kepada arwah leluhur yang akan pulang menggunakan kapal wangkang tersebut. Ini sudah merupakan tradisi sejak dulu, dan maknanya sendiri agar masyarakat Kalimantan Barat khususnya bisa diberikan keselamatan dan rezki yang melimpah, " katanya. ***4***

Pewarta: Rendra Oxtora

Editor : Teguh Imam Wibowo


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2015