Denpasar (Antara Kalbar) - Para pengusaha dituntut untuk mengatur strategi menghadapi kondisi menguatnya nilai tukar mata uang dolar Amerika Serikat yang mengakibatkan laju pertumbuhan ekonomi melemah.

Hans Prawira, salah seorang direktur perusahaan yang bergerak dalam bisnis jual beli produk makanan di Denpasar, Senin mengatakan, perlunya terobosan dan strategi dalam meningkatkan perekonomian.

Ia mengatakan, hal itu sangat penting dilakukan dalam menghadapi melemahnya daya beli, perusahaan yang bergerak dalam bidang bisnis jual beli produk makanan dan kebutuhan lainnya menerapkan beberapa strategi yang mampu mengatasi masalah tersebut.

Menurut Hans Prawira, dengan menambah jumlah toko, memanfaatkan teknologi informasi, mengoptimalkan lini bisnis di luar negeri dan pilihan terakhir dengan menaikkan harga jual ke konsumen.

"Opsi terakhir dilakukan ketika suplier atau pemasok menaikkan harga, mau tidak mau, kami juga menaikkan harga jual ke konsumen. Biasanya di kisaran 4-10 persen," ujar Hans Prawira.

Meskipun produk yang dipasarkan di toko merupakan produk lokal, namun beberapa diantaranya menggunakan bahan baku impor. Akibatnya, ikut terkena imbasnya pada saat rupiah melemah.

Hans mengakui, opsi menaikkan harga bisa menurunkan daya beli konsumen yang berujung pada melambatnya pertumbuhan pendapatan dan laba perusahaan.

Namun, agar roda bisnis tetap berjalan dengan memanfaatkan perangkat teknologi, seperti tablet. Tujuannya, guna mengefisiensikan penggunaan kertas dalam setiap laporan transaksi bisnis.

Tidak hanya itu, perusahaan ritel juga terus menambah toko untuk meningkatkan volume penjualan barang.

"Targetnya secara nasional, sekitar 1.200 toko baru sepanjang 2015," imbuhnya.

"Saya berharap belanja pemerintah (anggaran belanja) segera digulirkan agar mendongkrak daya beli," ujar Hans Prawira.

Pewarta:

Editor : Admin Antarakalbar


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2015