Kupang (Antara Kalbar) - General Manajer PT PLN (Persero) Wilayah Nusa Tenggara Timur Richard Safkaur mengatakan sistem pemadaman bergilir yang diterapkan PLN dalam beberapa hari terakhir ini, karena adanya kerusakan alat angkut batubara (conveyor)" di PLTU-2 Bolok.
"Kerusakan tersebut menyebabkan distribusi batubara ke ruang bakar (bolier) tidak terjadi. Akibatnya, mesin pembangkit tidak berfungsi," katanya seperti dikutip humas perusahaan itu Paul Bola kepada Antara di Kupang, Rabu.
Dia mengatakan, musibah kebakaran pada conveyor (alat angkut batubara) di PLTU 2 NTT Desa Bolok, Kecamatan Kupang Barat, Kabupaten Kupang pada tanggal 13 Agustus 2015, telah menyebabkan PLTU berhenti beroprasi, karena batubara tidak dapat dipasok ke ruang bakar (bolier).
Akibatnya daya sebesar 24-25 megawatt (MW) tidak dapat dipasok ke Sistem Kupang, sehingga Kota Kupang mengalami pemadaman bergilir.
Hal itu tentunya telah menganggu kenyamanan pelanggan dalam enikmati listrik di dalam rumah dan lingkungan tempat kerja masing-masing.
Melihat kondisi itu, Manajmen PLN NTT berusaha keras mengoptimalkan semua pembangkit di Sistem Kupang, baik di PLTD Kuanino, PLTD Tenau dan PLTU 2 NTT di Bolok sehingga bisa kembali normal.
"Selain pihak PLN terus melakukan upaya perbaikan terhadap kerusakan conveyor dengan material yang ada, sambil menati kiriman material dari pusat," katanya.
Dalam kondisi tersebut, PLN akhirnya berhasil memperbaiki satu unit mesin pembangkit tenaga uap dengan beban daya sebesar 4 MW, kemudian meningkat menjadi 8 MW.
Kondisi ini sedikit menolong sisitem Kupang sehingga pemadaman di wilayah Kota Kupang tidak lagi terjadi pada siang hari, meskipun pada malam hari masih terjadi pemadaman secara bergilir.
"Upaya terus dilakukan, akhirnya satu pembangkit bisa dioptimalkan dengan beban daya 12 MW," katanya.
Namun demikian, dalam pengoperasiannya, secara teknis, mesin tersebut mengalami mati mendadak (shut down), yang akhirnya mengakibatkan sistem Kupang tidak bisa beroperasi maksimal, dan masih terjadi pemadaman bergilir.
Kerusakan salah satu unit mesin itu, telah berakibat kepada penurunan daya yang sangat besar hingga mencapai 24-25 MW, sehingga siang dan malam tetap terjadi pemadaman.
Dijelaskannya, hingga akhir Agustus lalu, Unit I PLTU sudah bisa beroperasi hingga 10 MW, sehingga daya mampu (DM) Sistem Kupang sebesar 46,2 mega watt (MW) pada siang hari, dengan pemakaian listrik tertinggi di Kota Kupang atau beban puncak siang hari sebesar 42 MW. Dengan demikian, ada cadangan sebesar 4,2 MW, sehingga listrik tidak padam.
Sementara untuk daya mampu malam hari ada tambahan menjadi 49,2 MW, namun beban puncak malam hari naik sebesar 53 MW, atau terdapat defisit daya sebesar 4 MW atau tepatnya 3,8 MW.
Dengan demikian, kata dia, masih terjadi defisit sebesar 4 MW, sehingga masih ada daerah yang mengalami pemadaman.
Kondisi Unit I PLTU belum stabil sehingga pengoperasiannya belum bisa optimal. Selain itu, daya mampu mesin di PLTD juga mengalami penurunan kemampuan atau derating, akibat suhu udara di Kota Kupang yang mulai naik.
"Temperatur udara yang makin panas,juga mendongkrak kenaikan pemakaian listrik," katanya.
Dia mengatakan pemadaman bergilir bukan merupakan suatu hal yang direncanakan atau disengaja, tetapi murni disebabkan oleh alasan teknis mesin.
"Atas nama manajemen PLN NTT, saya menyampaikan permohonan maaf dan berempati terhadap ketidaknyamanan masyarakat dan semua pihak di Kota Kupang, akibat berkurangnya pasokan listrik sejak musibah conveyor PLTU yang kami alami," katanya.
Dia mengaku sangat paham dengan kondisi kekesalan warga Kota Kupang sebagai pelanggan dengan kondisi tersebut.
"Kami akan terus berupaya untuk memperbaiki segala kerusakan untuk kembali normal, terutama terutama pembangkit terbesar di PLTU," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2015