Singkawang (Antara Kalbar) - Forum Kerukunan Umat Beragam (FKUB) Kota Singkawang, menggelar kegiatan Pengembangan Wawasan Multikultural dalam meningkatkan kekeluargaan masyarakat sebagai upaya mewujudkan Singkawang sebagai kota wisata yang multikultural.

"Selama ini Kota Singkawang dikenal sebagai kota wisata di Kalbar. Tentu untuk mencapai hal itu diperlukan ketenangan dan keamanan disini, khususnya antara semua masyarakat dari berbagai suku dan etnis yang ada di Singkawang," kata Ketua MUI Kota Singkawang, Arnadi Arkan di Singkawang, Selasa.

Dia mengatakan, keberagaman masyarakat di Singkawang menjadi daya tarik tersendiri bagi warga luar. Namun, hal tersebut bisa menjadi ancaman jika keharmonisan yang terjadi selama ini tidak terus dipelihara.

Menurutnya, keberagaman yang ada membuat Kota Singkawang menjadi mahal, antik dan banyak disukai. Lantaran, masyarakat yang majemuk bisa hidup berdampingan.

"Yang harus kita lakukan adalah terus memelihara kondisi ini selama-lamanya," katanya.

Di samping itu, dia juga meminta kepada masyarakat, harus saling mengajarkan dan hormat menghormati antar sesama, sejak dini kepada generasi penerus.

"Termasuk memberikan pemahaman mengenai agama dan budaya lain di masyarakat," tuturnya.

Di tempat yang sama, Kabid Sosbud Kesbangpolinmas Kota Singkawang, Uray Andrinizar mengatakan, dalam memelihara multikultural yang ada, harus terbuka menghargai adanya perbedaan, kemudian menghargai kelebihan dan kekurangan orang lain.

"Jangan ada anggapan kalau kita ini paling hebat dan paling betul. Kita harus membuka untuk bisa melihat kelebihan atau kekurangan orang lain," katanya.

Perwakilan dari tokoh masyarakat Tionghoa Kota Singkawang, Bong Wui Kong mengatakan, dalam bermasyarakat tidak perlu saling menyakiti.

"Karena sebagai manusia dengan latar belakang apapun agamanya merupakan hamba Tuhan," katanya.

Kepala Kantor Kemenag Kota Singkawang, H Jawani mengatakan, berbicara keberagaman Singkawang merupakan miniatur Indonesia.

"Tidak ada suku bangsa dan budaya yang mendominasi di kota ini. Hal ini berbeda dengan daerah lain di Kalimantan Barat maupun wilayah lainnya," jelasnya.

Namun, kondisi itu perlu diwaspadai secara bersama-sama. Lantaran, jika multikultural tidak dipahami dan dikelola dengan baik justru akan menimbulkan dampak yang tidak baik, diantaranya rentan terjadi konflik, persaingan tidak sehat dan saling memfitnah antara satu dengan yang lainnya.

Pada kegiatan tersebut, telah dilahirkan lima poin kesepakatan. Yaitu, pertama, mempertahankan ideologi Pancasila, UUD 1945, NKRI harga mati, Bhinneka Tunggal Ika, Bendera Sang Saka Merah Putih dan Bahasa Indonesia.

Kedua, menolak paham dan perilaku terorisme, radikalisme, segala berbau SARA dan penyakit masyarakat seperti budaya asing yang tiada disaring, pergaulan bebas, narkoba, HIV/AIDS, Media jejaring sosial yang menyesatkan dan hal-hal yang merusak budaya dan agama.

Ketiga, sepakat untuk mewujudkan Kota Singkawang Bumi Bertuah yang harmonis, bersih, indah, aman dan makmur dalam masyarakat yang rukun dalam bingkai wawasan multikultural dan lintas agama.

Keempat, terus melestarikan budaya agama, kearifan lokal budaya, budaya kerja dan toleransi kerukunan umat beragama dalam kehidupan umat beragama dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Dan kelima, menjaga potensi kerukunan umat beragama terhindar konflik dengan memelihara keutuhan perkawinan hingga kematian, pendirian dan pemanfaatan rumah ibadah, penyiaran agama dalam peribadatan, simbol-simbol agama dalam perayaan keagamaan.

(KR-RDO/N005)

Pewarta: Rudi dan Rendra Oxtora

Editor : Nurul Hayat


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2015