Pontianak (Antara Kalbar) - Petambak ikan nila di Sungai Kapuas Pontianak mengaku merugi karena ratusan hingga ribuan ikan peliharaan mereka mati sebagai dampak dari perubahan cuaca kemarau ke musim hujan.
Air di Sungai Kapuas yang sempat terintrusi air laut sehingga menjadi asin saat kemarau, tiba-tiba menjadi tawar saat musim hujan saat ini mengakibatkan ikan tersebut mati.
"Dalam tiga hari ini, ratusan ikan nila peliharaan saya mati, akibat perubahan air yang sangat drastis. Dari asin karena terintrusi air laut sepanjang kemarau, berubah menjadi tawar, jernih dan dingin karena musim hujan," kata Adi Maulana salah seorang petambak ikan nila di Sungai Kapuas Pontianak, Rabu.
Ia menjelaskan, dirinya mempunyai delapan tambak ikan nila di sepanjang Sungai Kapuas, di Tambelan Sampit, Kecamatan Pontianak Timur.
"Saya merugi puluhan juta akibat perubahan musim ini, karena ikan-ikan saya yang belum siap panen mendadak mati," kata Adi.
Menurut dia, kerugian akibat perubahan kondisi air tersebut, tidak hanya dialami dirinya, melainkan sebagian besar para petambak ikan di sepanjang Sungai Kapuas akibat perubahan musim tersebut.
"Hingga saat ini, sekitar dua ribuan ikan nila yang hampir siap dipanen mati mendadak, akibat perubahan musim ini," ungkapnya.
Adi menambahkan, kejadian tersebut memang hampir setiap tahun terjadi, sebagai dampak dari perubahan musim yang terlalu ekstrim.
"Kami tidak bisa menghindari perubahan musim yang terlalu ekstrim ini, karena belum ada teknologi dalam mengatasinya," kata Adi.
Sementara itu, Yudi salah seorang warga Pontianak Utara membenarkan telah terjadi perubahan warna air di Sungai Landak dan Kapuas yang pekan lalu agak kekuning-kuningan akibat air kedua sungai itu terintrusi air laut. Kini menjadi bening setelah Kota Pontianak diguyur hujan cukup lebat dan intensitasnya juga lama.
"Hujan lebat tidak hanya merubah warna air Sungai Landak dan Kapuas, tetapi juga sudah menghilangkan kabut asap yang hampir beberapa bulan menyelimuti Kota Pontianak dan Kalimantan Barat umumnya," kata Yudi.
(U.A057/N005)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2015
Air di Sungai Kapuas yang sempat terintrusi air laut sehingga menjadi asin saat kemarau, tiba-tiba menjadi tawar saat musim hujan saat ini mengakibatkan ikan tersebut mati.
"Dalam tiga hari ini, ratusan ikan nila peliharaan saya mati, akibat perubahan air yang sangat drastis. Dari asin karena terintrusi air laut sepanjang kemarau, berubah menjadi tawar, jernih dan dingin karena musim hujan," kata Adi Maulana salah seorang petambak ikan nila di Sungai Kapuas Pontianak, Rabu.
Ia menjelaskan, dirinya mempunyai delapan tambak ikan nila di sepanjang Sungai Kapuas, di Tambelan Sampit, Kecamatan Pontianak Timur.
"Saya merugi puluhan juta akibat perubahan musim ini, karena ikan-ikan saya yang belum siap panen mendadak mati," kata Adi.
Menurut dia, kerugian akibat perubahan kondisi air tersebut, tidak hanya dialami dirinya, melainkan sebagian besar para petambak ikan di sepanjang Sungai Kapuas akibat perubahan musim tersebut.
"Hingga saat ini, sekitar dua ribuan ikan nila yang hampir siap dipanen mati mendadak, akibat perubahan musim ini," ungkapnya.
Adi menambahkan, kejadian tersebut memang hampir setiap tahun terjadi, sebagai dampak dari perubahan musim yang terlalu ekstrim.
"Kami tidak bisa menghindari perubahan musim yang terlalu ekstrim ini, karena belum ada teknologi dalam mengatasinya," kata Adi.
Sementara itu, Yudi salah seorang warga Pontianak Utara membenarkan telah terjadi perubahan warna air di Sungai Landak dan Kapuas yang pekan lalu agak kekuning-kuningan akibat air kedua sungai itu terintrusi air laut. Kini menjadi bening setelah Kota Pontianak diguyur hujan cukup lebat dan intensitasnya juga lama.
"Hujan lebat tidak hanya merubah warna air Sungai Landak dan Kapuas, tetapi juga sudah menghilangkan kabut asap yang hampir beberapa bulan menyelimuti Kota Pontianak dan Kalimantan Barat umumnya," kata Yudi.
(U.A057/N005)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2015