Mataram (Antara Kalbar) - Wakil Presiden Jusuf Kalla menyatakan, Indonesia merupakan negara yang memiliki tingkat toleransi tinggi yang perlu dijaga antara lain dengan menyebarkan paham keagamaan yang moderat di Tanah Air.

"Kita sangat bersyukur negeri kita memiliki tingkat keamanan dan toleransi yang tinggi," kata Jusuf Kalla dalam acara Muktamar VI dan Milad ke-25 Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) yang digelar di Universitas Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB), Sabtu.

Menurut Jusuf Kalla, kondisi yang sangat toleran dan masih tersebarnya paham Islam yang moderat perlu disyukuri karena tumbuh dalam keadaan berbangsa dan bernegara di Indonesia yang terkenal akan kemajemukannya ini.

Namun, Wapres juga menyatakan kesedihannya karena saat sedang memperingati tahun baru hijriyah beberapa waktu lalu, di media juga diberitakan mengenai banyaknya pengungsi muslim dari Timur Tengah yang justru mencari perlindungan ke negara-negara yang mayoritas penduduknya nonmuslim yang ada di benua Eropa.

Sebagaimana diberitakan, Sekretaris Jenderal Konferensi Cendekiawan Muslim, Ulama, dan Sufi Sedunia (ICIS) Hasyim Muzadi menekankan pentingnya menyebarkan paham Islam yang moderat dan toleran di kawasan Nusantara.

"Moderasi ini maknanya secara komprehensif bukan hanya moderasi di bidang akidah, tetapi juga syariah," kata Hasyim Muzadi saat acara penutupan konferensi ICIS IV di Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim di Malang, Jatim, Rabu (25/11).

Menurut dia, nilai-nilai dalam Pancasila itu sendiri juga merupakan pengejawantahan atau perwujudan dari ajaran Islam itu sendiri.

Mantan Ketua Umum PBNU itu juga menyatakan bahwa moderasi itu juga bukan hanya "hablum minallah" (hubungan manusia dengan Allah) tetapi juga "hablum minannas" (hubungan sesama manusia). "Moderasi basisnya 'rahmatan lil alamin' (rahmat semesta alam)," ujarnya.

Untuk itu, diperlukan pula moderasi wawasan antara agama dan kewarganegaraan serta terselenggaranya pendidikan yang menjamin terwujudnya pemikiran yang moderat karena kuncinya pasti ada di sektor pendidikan.

Karenanya, lanjutnya, dalam mengatasi permasalahan pendidikan juga harus dibangun suatu sistem metodelogi dan kurikulum yang menjamin bagi tujuan melahirkan orang berwatak moderat, yang meninggalkan konservatifisme tetapi tidak terjebak dalam liberalisme.

"Kita bukan mengimpor pemikiran di sini, tetapi akan mengekspor pemikiran ke tempat lain," tuturnya.

Mantan calon wakil presiden pada ajang Pemilu 2004 itu juga mengingatkan bahwa bila di Tanah Air terjadi pertikaian visi ideologis, maka konflik seperti yang terjadi di kawasan Timur Tengah juga berpotensi terjadi di sini.

Sebelumnya, Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin menegaskan bahwa sikap toleransi adalah menghormati perbedaan orang lain tanpa mengabaikan keyakinan pribadi yang dianut.

"Toleransi itu adalah kesiapan untuk menghormati mereka yang berbeda dengan kita, tetapi tidak berarti bahwa mengabaikan keyakinan yang dianut," ujar Lukman ketika ditemui usai menghadiri kegiatan Zakat Awards 2015 di Jakarta, Kamis (19/11) malam.

Di tengah-tengah masyarakat yang majemuk, lanjut dia, tidak ada pilihan lain kecuali menegakkan toleransi, sebab itu adalah modal utama di tengah keberagaman.

(M040/J. Tarigan)

Pewarta: Muhammad Razi Rahman

Editor : Nurul Hayat


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2015