Nanga Pinoh (Antara Kalbar) - Kapolda Kalbar Brigjen (Pol) Arief Sulistyanto menyatakan, pihaknya akan melakukan pemeriksaan kejiwaan Brigadir PB, pelaku pembunuhan anak kandungnya, Febian (5) dan Amora (3) dengan cara memutilasi di Nanga Pinoh, Kabupaten Melawi.

"Kami telah membentuk tim inafis dan dokter forensik yang dipimpin oleh Wadireskrimum Polda Kalbar dalam menangani kasus mutilasi yang dilakukan oleh Brigadir PB itu," kata Arief Sulistyanto di Nanga Pinoh, Sabtu.

Ia menjelaskan tim tersebut saat ini sedang bekerja di rumah sakit untuk melakukan otopsi sebagai alat bukti nantinya. Tim inafis akan melakukan olah TKP dengan tim penyidik, termasuk memeriksa saksi-saksi.

"Tersangka sudah ditahan. Kondisi tersangka dalam keadaan sehat, tapi bicaranya meracau dan tidak menjadi dirinya sendiri, karena dia menganggap apa yang dilakukannya itu perintah dari Tuhan. Dia mendapat bisikan untuk melakukan itu semua, sehingga dia mengakui melakukan itu dalam keadaan sadar," ujarnya.

Arief belum bisa menjelaskan bagaimana kondisi sebenarnya dari tersangka itu. Namun, proses penyidikan akan tetap berjalan untuk mengumpulkan alat bukti.

Dalam kesempatan itu, Kapolda Kalbar menambahkan, selama ini tersangka diketahui berperilaku baik dan tidak memiliki kepribadian yang aneh, tetapi pihaknya akan melakukan evaluasi pada psikologis tersangka.

"Dalam sehari-hari keadaannya baik-baik saja, bahkan waktu Pilkada Melawi yang bersangkutan terpilih menjadi pendamping salah satu calon bupati. Karena fisiknya bagus, hanya dalam perkembangan lalu ada kondisi kejiwaan begini, ini kan diluar pengetahuan kami," jelasnya.

Sebelumnya, Kabid Humas Polda Kalbar, AKBP Arianto menyatakan, pelaku mutilasi diduga mengalami penyakit mental yang menyerang otak dinamakan schizophrenia, sehingga membunuh anaknya sekitar pukul 24.00 WIB, Kamis (25/2) di Asrama Polres Melawi.

Menurut dia, pembunuhan terjadi pada saat istri dan kedua anaknya sedang tidur.

"Menurut keterangan istrinya, sejak seminggu ini suaminya sering marah-marah sendiri di rumah seperti ada makhluk halus yang mendatangi, dan bercerita sering mendapat bisikan," ungkapnya.

Pelaku juga berusaha membunuh istrinya, tetapi istrinya terbangun saat suaminya mendatangi istrinya dengan membawa parang yang sudah berlumuran darah dengan mengatakan akan membunuh istrinya, kata Arianto.

"Ketika itu istrinya minta waktu untuk melihat anaknya dan dikatakan oleh pelaku, kedua anaknya tersebut sudah meninggal. Lalu istrinya mencari cara agar pelaku tidak curiga, sehingga meminta kepada pelaku sebelum membunuhnya agar mengambilkan air terlebih dahulu," katanya.

Pada saat suaminya mengambilkan air minum itulah, dimanfaatkan oleh istrinya untuk melarikan diri dan meminta pertolongan kepada warga asrama, katanya.

(A057/E008)

Pewarta: Ekos

Editor : Nurul Hayat


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2016