Sintang (Antara Kalbar) - Pemerintah Kabupaten Sintang meningkatkan kemampuan petugas medis dan non medis terkait penanganan penyakit jantung yang kini risiko pengidapnya semakin meningkat.
    Bupati Sintang melalui Asisten Administrasi Umum Setda Sintang Zulkarnaen menuturkan, pada tahun 1990-an, penyakit jantung tidak termasuk 10 besar penyakit yang paling mematikan.
    "Sedangkan tahun 2000-an menduduki peringkat ke lima dan kini langsung menduduki nomor dua penyakit yang paling mematikan," katanya saat membuka In House Training Code Blue System.
    Ia menambahkan, menghadapi hal tersebut, diperlukan antisipasi dan kesiapan yang optimal dalam menangani berbagai keluhan dan indikasi serangkan jantung dari setiap orang terutama yang menjadi obyek pelayanan di rumah sakit.
    "Salah satu indikasi serangkan jantung adalah suatu kejadian henti jantung yang dapat terjadi di mana dan kapan saja di rumah sakit," ujar dia.
    Kejadian tersebut dapat menimpa pasien, keluarga pasien, maupun petugas rumah sakit sendiri. "Kejadian henti jantung apabila tidak ditangani dengan cepat akan menyebabkan terjadinya kematian," katanya.
    Pertolongan pertama harus dapat dilakukan oleh seluruh komponen rumah sakit, baik tenaga medis yaitu dokter dan perawat maupun tenaga non medis. Salah satu strategi pencegahan kejadian henti jantung adalah code blue system. Sistem ini merupakan strategi pencegahan kejadian henti jantung, aktivasi sistem emergency  dan resusitasi kejadian henti jantung di rumah sakit, yang melibatkan seluruh komponen sumber daya manusia  baik medis dan non medis, peralatan dan obat-obatan, sistem serta mekanisme kontrol dan evaluasi.
    Sistem ini sangat membutuhkan kesiapan semua pihak sehingga pelatihan yang terencana dengan baik tentang code blue system  menjadi mutlak. Ia pun meminta seluruh petugas medis agar memahami code blue system ini sehingga nantinya dapat memiliki pengetahuan dan keterampilan teknis saat melayani pasien.
   Pelatihan diberikan ke jajaran RSUD Ade M Djoen Sintang diikuti 84 peserta yang dibagi menjadi dua kelas yakni di Ruang Balai Praja untuk peserta non medis dan Aula RSUD AM Djoen khusus tenaga medis. Nara sumber dari Departemen Anestesiologi Dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran UGM Yogyakarta.
    Zulkarnaen meminta jajaran RSUD Ade Muhammad Djoen Sintang untuk terus melakukan peningkatan kualitas SDM di rumah sakit sehigga mampu mewujudkan visinya sebagai rumah sakit yang mengesankan dan terpercaya di Kalbar, yang pada gilirannya dapat mendukung terwujudnya masyarakat kabupaten sintang yang sehat di masa mendatang.
    Direktur RSUD AM Djoen Sintang Rosa Trifina mengharapkan agar pelatihan ini mampu memberikan pemahaman mengenai sistem dan cara penanganan kejadian henti jantung.  "Saya berharap baik tenaga media maupun non medis di RSUD AM Djoen Sintang serta petugas kesehatan lainnya mampu melakukan tindakan awal dan tindakan hidup lanjut bagi pasien penderita jantung karena pelatihan ini akan memberikan informasi mengenai aktivitas sistem emergency, strategi pencegahan dan resusitasi kejadian henti jantung di rumah sakit," kata dia.


Pewarta: Faiz

Editor : Teguh Imam Wibowo


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2016