Pontianak (Antara Kalbar) - PT Pertamina (Persero) Kalbarteng menyatakan, hingga saat ini pemakaian bahan bakar jenis pertalite di Kalimantan Barat sebesar 190 kiloliter/hari atau mengalami peningkatan secara signifikan.

"Pada dasarnya ada peningkatan permintaan BBM jenis pertalite di Kalbar sejak diluncurkan karena masyarakat atau konsumen yang lebih memilih kualitas BBM yang lebih baik dengan harga yang tidak jauh berbeda dengan premium," kata Branch Manager Pertamina Kalbarteng, Eko Hardjito saat dihubungi di Balikpapan, Kamis.

Ia menjelaskan, meskipun mengalami peningkatan terus, pemakaian pertalite di Kalbar baru sekitar 20 persen dibanding premium yang angkanya mencapai sebesar 900 kiloliter/hari, sementara pertalite baru sebesar 190 kiloliter.

"Sementara pemakaian pertalite di Pulau Jawa saat ini sudah sebesar 50 persen dibanding banding premium," ungkap Eko.

Sementara itu, Direktur Pusat Studi Kebijakan Publik (Puskepi) Sofyano Zakaria mengapresiasi terobosan PT Pertamina yang sudah meluncurkan pertalite dan mendapat sambutan positif dari masyarakat sebagai BBM alternatif selain premium.

"Penjualan pertalite saat ini meningkat pesat sejak diluncurkan Juli 2015, artinya produk terobosan Pertamina tersebut disukai masyarakat," katanya.

Pertalite BBM alternatif, yang tadinya sempat dipermasalahkan banyak pihak karena dikhawatirkan merupakan "siasat" pemerintah untuk menghapus premium bersubsidi, ternyata telah menjadi BBM alternatif yang diminati masyarakat.

"Masyarakat ternyata secara sukarela mulai beralih menggunakan pertalite, kebijakan dan terobosan yang seperti itulah yang harus diterapkan di negeri ini. Rakyat diberi beberapa pilihan untuk memilih produk yang mereka inginkan," ungkapnya.

Pertalite yang RON-nya 90 atau lebih tinggi dari premium RON 88 merupakan BBM produksi hasil aksi korporasi Pertamina yang dimotori jajaran Pertamina Direktorat Pemasaran, ternyata disukai masyarakat, sehingga pantas diapresiasi, katanya.

Menurut dia, terobosan Pertamina yang sukses tidak hanya untuk BBM jenis pertalite, tetapi yang baru-baru ini BBM dexlite sebagai pilihan selain solar, penjualannya juga telah meningkat hingga sebesar 15 persen. "Hal itu jelas membuktikan bahwa masyarakat juga menginginkan BBM yang `berkelas yang bisa memberi nilai lebih pada kendaraan mereka," katanya.

Artinya menurut dia, persoalan besaran harga jual sudah tidak lagi menjadi pertimbangan utama bagi masyarakat, hal itu, juga terlihat dengan terus meningkatnya penjualan BBM jenis pertamax yang saat ini banyak dibeli oleh para pemilik sepeda motor.

"Keberhasilan Pertamina dalam memasarkan BBM alternatif, baik pertalite dan atau dexlite termasuk pertamax, harus mendapat dukungan pemerintah maupun pihak `Senayan` (DPR RI) karena telah memberi nilai tambah bagi pemerintah. Subsidi terhadap solar akan menurun karena meningkatnya penggunaan dexlite dan impor premium akan berkurang karena berkembang pesatnya penggunaan pertalite," ujarnya.

Dalam sulitnya perekonomian dunia yang terkait menurunnya harga jual minyak, pemerintah sudah saatnya mengamanatkan secara tegas kepada Pertamina untuk selalu berfikir cerdas dan bekerja keras melahirkan produk produk inovatif lainnya serta menggalakkan pemasaran produknya sehingga Pertamina tetap mampu memberi kontribusi pendapatan bagi negara tanpa harus tergantung dengan merosotnya harga minyak dunia.


Pewarta: Andilala

Editor : Admin Antarakalbar


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2016