Sekadau (Antara Kalbar) - Pemerintah Kabupaten Sekadau melalui Dinas Kesehatan setempat mencatat ada 58 kasus warga gizi kurang yang terpantau sejak Januari hingga Oktober. Untuk itu, selain memantau secara ketat, kalangan ibu juga diminta rajin datang ke Posyandu untuk menimbang anaknya, sehingga bisa cepat diketahui jika anak yang menderita gejala gizi kurang
"Hingga bulan Oktober kemarin, ada 58 warga gizi kurang. Dari 58 warga gizi kurang ini, sebanyak 52 diantaranya berada di Bawah Garis Merah (BGM). Maksudnya, mereka sudah berada pada fase cukup kritis dan hampir mengarah pada gizi buruk. Tapi belum gizi buruk. Dan tahun ini, belum ada laporan warga Sekadau yang menderita gizi buruk," tegas Kepala Seksi (Kasi) Gizi bidang Kesehatan Keluarga (Kesga) Dinkes Sekadau, Edy Abdillah.
Dia mengatakan, terhadap warga yang gizi kurang itu, Dinkes tidak tinggal diam. Dinkes melakukan upaya khusus untuk perbaikan gizi mereka melalui program Pemantauan Status Gizi (PSG). Dalam program itu, Dinkes melalui 12 Puskesmas se-Kabupaten Sekadau melakukan intervensi gizi terhadap para penderita gizi kurang tersebut. Intervensi berupa pemberian makanan gizi, seperti susu formula hingga makanan berbentuk biscuit.
"Program PSG itu bukannya tanpa hambatan. Paling utama adalah minimnya tenaga medis ahli gizi yang ada di Sekadau. Dari 12 Puskesmas, ada 2 Puskesmas tanpa ahli gizi, yakni Puskesmas Sebetung di Kecamatan Belitang Hulu dan Puskesmas Tapang Perodah, di Kecamatan Sekadau Hulu. Di lain pihak, justru ada dua Puskesmas yang jumlah ahli gizinya menumpuk dua orang. Jadi total ahli gizinya memang 12 orang, dan ada Puskesmas yang kosong ahli gizinya," rinci Edy.
Jumlah 12 ahli gizi itu, jelas masih belum ideal jika dibandingkan luas daerah kerja. Terlebih kebanyakan pasien gizi kurang berada di daerah pedalaman yang sulit akses transportasinya. Karenanya kita berharap dalam penerimaan CPNS kedepannya, keberadaan ahli gizi bisa menjadi prioritas.
"Kita juga berharap perangkat desa ikut andil dalam memerangi gizi kurang ini, minimal menginformasikan kepada petugas kita jika ada warga yang menderita gizi kurang. Masyarakat, terutama kalangan ibu pun harus rajin datang ke Posyandu untuk menimbang anaknya, sehinga bisa ccepat diketahui jika anaknya menderita gejala gizi kurang," tutupnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2016
"Hingga bulan Oktober kemarin, ada 58 warga gizi kurang. Dari 58 warga gizi kurang ini, sebanyak 52 diantaranya berada di Bawah Garis Merah (BGM). Maksudnya, mereka sudah berada pada fase cukup kritis dan hampir mengarah pada gizi buruk. Tapi belum gizi buruk. Dan tahun ini, belum ada laporan warga Sekadau yang menderita gizi buruk," tegas Kepala Seksi (Kasi) Gizi bidang Kesehatan Keluarga (Kesga) Dinkes Sekadau, Edy Abdillah.
Dia mengatakan, terhadap warga yang gizi kurang itu, Dinkes tidak tinggal diam. Dinkes melakukan upaya khusus untuk perbaikan gizi mereka melalui program Pemantauan Status Gizi (PSG). Dalam program itu, Dinkes melalui 12 Puskesmas se-Kabupaten Sekadau melakukan intervensi gizi terhadap para penderita gizi kurang tersebut. Intervensi berupa pemberian makanan gizi, seperti susu formula hingga makanan berbentuk biscuit.
"Program PSG itu bukannya tanpa hambatan. Paling utama adalah minimnya tenaga medis ahli gizi yang ada di Sekadau. Dari 12 Puskesmas, ada 2 Puskesmas tanpa ahli gizi, yakni Puskesmas Sebetung di Kecamatan Belitang Hulu dan Puskesmas Tapang Perodah, di Kecamatan Sekadau Hulu. Di lain pihak, justru ada dua Puskesmas yang jumlah ahli gizinya menumpuk dua orang. Jadi total ahli gizinya memang 12 orang, dan ada Puskesmas yang kosong ahli gizinya," rinci Edy.
Jumlah 12 ahli gizi itu, jelas masih belum ideal jika dibandingkan luas daerah kerja. Terlebih kebanyakan pasien gizi kurang berada di daerah pedalaman yang sulit akses transportasinya. Karenanya kita berharap dalam penerimaan CPNS kedepannya, keberadaan ahli gizi bisa menjadi prioritas.
"Kita juga berharap perangkat desa ikut andil dalam memerangi gizi kurang ini, minimal menginformasikan kepada petugas kita jika ada warga yang menderita gizi kurang. Masyarakat, terutama kalangan ibu pun harus rajin datang ke Posyandu untuk menimbang anaknya, sehinga bisa ccepat diketahui jika anaknya menderita gejala gizi kurang," tutupnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2016