Singkawang (Antara Kalbar) - Mantan teroris, Ali Fauzi mengatakan, jika pelaku pelemparan bom molotov yang terjadi di Vihara Budi Dharma Singkawang bukan bagian dari kelompok radikal tetapi ulah dari segelintir oknum yang ingin mengacaukan kota itu.
"Itu bukan dari aksi teror kelompok radikal, tapi ulah dari segelintir oknum yang ingin mengacaukan Kota Singkawang," kata Ali Fauzi, saat berkunjung ke Singkawang, Minggu.
Hal itu diyakini dia lantaran saat ini Kota Singkawang sedang menghadapi tahapan Pilkada serentak. Meski bukan dari aksi teror kelompok radikal, ia mengingatkan, agar masyarakat Kalimantan Barat harus waspada.
"Lantaran Kalimantan Barat sangat rawan dengan aksi teror," tuturnya.
Alasan Kalbar sangat berpotensi dengan aksi teror seperti yang terjadi di Samarinda, kata dia, karena masyarakat yang ada di Kalbar cukup majemuk.
"Semua etnis hampir ada. Mereka akan senang apabila terjadi konflik. Dan mereka akan siap untuk menungganginya," ujarnya.
Untuk itu dia mengajak masyarakat di Kalbar, untuk bersama-sama melakukan upaya pencegahan. Dengan melibatkan semua elemen masyarakat.
Dan kepolisian, lanjutnya, tentu punya kewajiban untuk melakukan upaya-upaya berkoordinasi dengan para tokoh agama, adat, masyarakat, dan lain sebagainya.
"Semua elemen masyarakat harus dilibatkan dalam upaya penanganan terorisme di wilayahnya masing-masing," katanya.
Dan kalau bisa, pintanya, pihak intelijen senantiasa mewaspadai. Dalam artian, ada semacam upaya-upaya yang lebih kuat, salah satunya masuk ke kelompok-kelompok ini.
"Jika tidak, maka kita akan terus menerus kecolongan," tuturnya.
Secara terpisah, Kapolda Kalimantan Barat, Irjen Pol Musyafak mengatakan, pihaknya akan meminta bantuan Densus 88 untuk menyelidiki kasus dugaan pelemparan menggunakan botol bersumbu atau bom molotov pada Pekong Budi Dharma di Kota Singkawang.
"Kami akan minta bantuan tim Densus 88 untuk menyelidiki kasus pelemparan bom molotov di Singkawang," kata Musyafak.
(KR-RDO/E001)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2016
"Itu bukan dari aksi teror kelompok radikal, tapi ulah dari segelintir oknum yang ingin mengacaukan Kota Singkawang," kata Ali Fauzi, saat berkunjung ke Singkawang, Minggu.
Hal itu diyakini dia lantaran saat ini Kota Singkawang sedang menghadapi tahapan Pilkada serentak. Meski bukan dari aksi teror kelompok radikal, ia mengingatkan, agar masyarakat Kalimantan Barat harus waspada.
"Lantaran Kalimantan Barat sangat rawan dengan aksi teror," tuturnya.
Alasan Kalbar sangat berpotensi dengan aksi teror seperti yang terjadi di Samarinda, kata dia, karena masyarakat yang ada di Kalbar cukup majemuk.
"Semua etnis hampir ada. Mereka akan senang apabila terjadi konflik. Dan mereka akan siap untuk menungganginya," ujarnya.
Untuk itu dia mengajak masyarakat di Kalbar, untuk bersama-sama melakukan upaya pencegahan. Dengan melibatkan semua elemen masyarakat.
Dan kepolisian, lanjutnya, tentu punya kewajiban untuk melakukan upaya-upaya berkoordinasi dengan para tokoh agama, adat, masyarakat, dan lain sebagainya.
"Semua elemen masyarakat harus dilibatkan dalam upaya penanganan terorisme di wilayahnya masing-masing," katanya.
Dan kalau bisa, pintanya, pihak intelijen senantiasa mewaspadai. Dalam artian, ada semacam upaya-upaya yang lebih kuat, salah satunya masuk ke kelompok-kelompok ini.
"Jika tidak, maka kita akan terus menerus kecolongan," tuturnya.
Secara terpisah, Kapolda Kalimantan Barat, Irjen Pol Musyafak mengatakan, pihaknya akan meminta bantuan Densus 88 untuk menyelidiki kasus dugaan pelemparan menggunakan botol bersumbu atau bom molotov pada Pekong Budi Dharma di Kota Singkawang.
"Kami akan minta bantuan tim Densus 88 untuk menyelidiki kasus pelemparan bom molotov di Singkawang," kata Musyafak.
(KR-RDO/E001)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2016