Sekadau (Antara Kalbar) - Meski fogging atau pengasapan sudah dilakukan di Kecamatan Belitang Hilir, Sekadau, namun masih ditemukan adanya kasus DBD di wilayah itu. Bahkan belum sebulan fogging, tiga pasien dirawat inap di rumah sakit.
    Sejumlah warga pun menanyakan dosis untuk fogging mengingat selepas dilakukan lantai rumah terlihat berminyak.
    "Iya benar ini masa selepas fogging lantai rumah berminyak. Apakah mungkin petugas yang melakukan fogging tidak terlatih dalam mencampur dosis insektisida tersebut. Ini juga kadang datang langsung fogging tanpa sosialisasi dahulu kepada masyarakat," ungkap Lambertus warga Kampung Baru, Sungai Ayak, Senin (9/1).
    Menurut dia, fogging itu sekarang harusnya dilakukan rutin bukan ada yang kena DBD dulu baru fogging. Kalau alasan insektisida mahal atau susah didapat, ia menilai hal itu itu hanya pengalihan isu.
    "Untuk jalan-jalan, bangun ini dan itu banyak dana, masa untuk pengadaan insektisida tidak ada. Hal itu tentunya sangat lucu," paparnya lebih lanjut.
    Sementara itu, anggota DPRD Sekadau, Musa A mengatakan, banyak hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan fogging agar efektif membunuh nyamuk dan sarangnya. Ia mengingatkan, masyarakat sekarang sudah kritis dan mudah mencari referensi mengenai pengasapan dengan benar seperti apa saja. Termasuk kadar dosis sudah tepat atau belum, karena kalau tidak nyamuknya pingsan saja.
    "Dalam melakukan pengasapan, insektisida akan dicampur dengan solar kemudian mengeluarkan asap di mesin fogging. Dosis insektisida sebenarnya sudah tertera dalam kemasannya. Misalnya, tertulis 5/15 atau lima insektisida berbanding 15 liter solar. Maka, dosis yang harus digunakan seharusnya sesuai dengan takaran tersebut. Salah satu tanda penggunaan dosis obat fogging yang tidak tepat adalah lantai rumah menjadi licin pasca pengasapan," paparnya.
    Legislator PDI P Dapil III itu melanjutkan, kalau dosisnya tepat maka yang keluar asap dan minyak. Lantai licin, kalau seperti sudah itu jelas dosisnya enggak tepat. Kesalahan inilah yang menjadi salah satu penyebab kasus DBD tidak mengalami penurunan setelah fogging dilakukan dan justru ditemukan pasien baru. Petugas yang melakukan foggingpun mesti terlatih meski fogging menggunakan mesin dengan teknologi sederhana.
    "Fogging dilakukan di kawasan pemukiman hingga sekolah-sekolah ketika ditemukan pasien DBD di daerah tersebut. Fogging tak bisa dilakukan asal-asalan, petugas harus memperhatikan radius penyemprotan, mengecek mesin fogging, hingga waktu dilakukannya fogging. Kegiatan fogging harus direncanakan, dan jangan lupa untuk melakukan sosialisasi dengan baik kepada masyarakat agar semua pemilik rumah bersiap dan bersedia saat dilakukan fogging," tuntasnya mengakhir pesan singkatnya.
    Sementara itu Plt Kadinkes Sekadau, melalui pesan singkatnya menegaskan jika laporan ini sudah kita lanjutkan dan sudah konfirmasikan kebidang yang menangani itu, sejak tanggal 7 dan 8 kemarin.
    "Saya sudah imbau kepada kepala bidang segera untuk menangani masalah ini. Jangan sampai ada korban, laporan seperti ini sudah membantu kita memberantas DBD. Bidang yang bersangkutan sudah saya minta untuk mengevaluasi kasus ini dan segera ditangani. Saya masih ada di dinkes propinsi," tutupnya mengakhiri.

Pewarta: Gansi

Editor : Teguh Imam Wibowo


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2017