Sambas (Antara Kalbar) - Hasil panen padi menggunakan teknologi tanam hazton di Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat, menunjukkan peningkatan dengan pencapaian di atas 100 persen di beberapa lokasi.
Salah satunya di Desa Tebas Sungai, Kecamatan Tebas, Rabu, dimana petani yang menerapkan teknologi tanam tersebut mendapatkan hasil rata-rata ubinan 10,16 ton.
"Kabupaten Sambas tahun lalu mendapat alokasi terbesar untuk penerapan teknologi hazton, yakni mencapai 10 ribu hektare," kata Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Sambas Musanif disela panen padi Gabungan Kelompok Tani Mekar Bersatu.
Semula, produktivitas petani di Kabupaten Sambas rata-rata berkisar 3,5 ton hingga 5 ton saja. "Tapi sejak menggunakan teknologi hazton, naik menjadi 6 ton, 7 ton, bahkan ada yang pernah mencapai 13 ton," ungkap Musanif.
Lokasi yang panen di Desa Tebas Sungai itu mulai tanam perdana padi dengan teknologi hazton pada November tahun lalu.
Namun ia mengingatkan, petani juga harus mematuhi prosedur standar operasional dalam menggunakan teknologi hazton. Selain, lanjut dia, bersama-sama mengantisipasi ancaman hama seperti tikus dan blast.
Musanif berharap ke depan petani dapat lebih meningkatkan produksinya. "Kalau petani sejahtera, pemerintah juga bangga," katanya menegaskan.
Suliawati, mantri tani dan peternakan di Tebas mengatakan, areal yang panen luasnya 250 hektare. "Secara keseluruhan, ada 2.650 hektare lahan sawah di Kecamatan Tebas," kata dia.
Sementara itu, Ketua Komisi B DPRD Kabupaten Sambas Mulyadi mengatakan, dengan adanya teknologi hazton, petani menjadi sangat terbantu. "Kita bersyukur karena hasilnya sangat memuaskan," ujar Mulyadi politisi Partai Amanat Nasional tersebut.
Ia mengakui, meski sangat mendukung program-program di sektor pertanian, namun Kabupaten Sambas memiliki keterbatasan dalam penganggaran. "Terlebih lagi, bupati tengah memprioritaskan pembangunan infrastruktur. Tahun ini, sekitar Rp235 miliar dialokasikan untuk infrastruktur," ujar pria asal Tebas itu.
Untuk itu, ia berharap pemerintah pusat ikut membantu agar Sambas sebagai lumbung padi Kalbar dapat terus meningkatkan produktivitas pertanian.
Asniah (58), petani setempat mengaku baru kali ini mulai menggunakan teknologi tanam hazton. Ia berharap, hasil panennya kali ini akan mencapai dua kali lipat dibanding biasa.
"Kalau biasa, satu borong dapat 300 sampai 500 kilogram," kata Asniah. Melihat tanaman milik petani yang sudah dipanen, ia menilai kondisinya tidak jauh berbeda dengan tanaman padi miliknya.
Saat mendengar tetangganya tersebut dalam satu borong mendapat hasil 1,2 ton, Asniah tampak terkejut. "Semoga saja," ujarnya. Asniah dalam musim tanam rendengan ini, mencoba teknologi hazton dalam satu borong. Tiga borong lainnya menggunakan teknologi tanam biasa.
Borong adalah ukuran luas yang setara dengan 1/4 hektare bagi petani di Kabupaten Sambas. Asniah pun berharap dapat menabung lebih banyak setelah panen menggunakan teknologi hazton tersebut.
Dari tiga lokasi lahan yang dipanen di Desa Tebas Sungai, hasil ubinan menunjukkan masing-masing angka 12 ton, 8 ton dan 9 ton lebih dengan nilai rata-rata 10,16 ton per hektare.
(T011/N005)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2017
Salah satunya di Desa Tebas Sungai, Kecamatan Tebas, Rabu, dimana petani yang menerapkan teknologi tanam tersebut mendapatkan hasil rata-rata ubinan 10,16 ton.
"Kabupaten Sambas tahun lalu mendapat alokasi terbesar untuk penerapan teknologi hazton, yakni mencapai 10 ribu hektare," kata Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Sambas Musanif disela panen padi Gabungan Kelompok Tani Mekar Bersatu.
Semula, produktivitas petani di Kabupaten Sambas rata-rata berkisar 3,5 ton hingga 5 ton saja. "Tapi sejak menggunakan teknologi hazton, naik menjadi 6 ton, 7 ton, bahkan ada yang pernah mencapai 13 ton," ungkap Musanif.
Lokasi yang panen di Desa Tebas Sungai itu mulai tanam perdana padi dengan teknologi hazton pada November tahun lalu.
Namun ia mengingatkan, petani juga harus mematuhi prosedur standar operasional dalam menggunakan teknologi hazton. Selain, lanjut dia, bersama-sama mengantisipasi ancaman hama seperti tikus dan blast.
Musanif berharap ke depan petani dapat lebih meningkatkan produksinya. "Kalau petani sejahtera, pemerintah juga bangga," katanya menegaskan.
Suliawati, mantri tani dan peternakan di Tebas mengatakan, areal yang panen luasnya 250 hektare. "Secara keseluruhan, ada 2.650 hektare lahan sawah di Kecamatan Tebas," kata dia.
Sementara itu, Ketua Komisi B DPRD Kabupaten Sambas Mulyadi mengatakan, dengan adanya teknologi hazton, petani menjadi sangat terbantu. "Kita bersyukur karena hasilnya sangat memuaskan," ujar Mulyadi politisi Partai Amanat Nasional tersebut.
Ia mengakui, meski sangat mendukung program-program di sektor pertanian, namun Kabupaten Sambas memiliki keterbatasan dalam penganggaran. "Terlebih lagi, bupati tengah memprioritaskan pembangunan infrastruktur. Tahun ini, sekitar Rp235 miliar dialokasikan untuk infrastruktur," ujar pria asal Tebas itu.
Untuk itu, ia berharap pemerintah pusat ikut membantu agar Sambas sebagai lumbung padi Kalbar dapat terus meningkatkan produktivitas pertanian.
Asniah (58), petani setempat mengaku baru kali ini mulai menggunakan teknologi tanam hazton. Ia berharap, hasil panennya kali ini akan mencapai dua kali lipat dibanding biasa.
"Kalau biasa, satu borong dapat 300 sampai 500 kilogram," kata Asniah. Melihat tanaman milik petani yang sudah dipanen, ia menilai kondisinya tidak jauh berbeda dengan tanaman padi miliknya.
Saat mendengar tetangganya tersebut dalam satu borong mendapat hasil 1,2 ton, Asniah tampak terkejut. "Semoga saja," ujarnya. Asniah dalam musim tanam rendengan ini, mencoba teknologi hazton dalam satu borong. Tiga borong lainnya menggunakan teknologi tanam biasa.
Borong adalah ukuran luas yang setara dengan 1/4 hektare bagi petani di Kabupaten Sambas. Asniah pun berharap dapat menabung lebih banyak setelah panen menggunakan teknologi hazton tersebut.
Dari tiga lokasi lahan yang dipanen di Desa Tebas Sungai, hasil ubinan menunjukkan masing-masing angka 12 ton, 8 ton dan 9 ton lebih dengan nilai rata-rata 10,16 ton per hektare.
(T011/N005)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2017