Pontianak (Antara Kalbar) - Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Pendidikan Kabupaten Kayong Utara Jumadi Gading mengatakan akan membangun "database" cagar budaya di kabupaten itu dengan melakukan survei dan pendataan ulang di setiap desa.

"Kita menelusuri berbagai makam serta peninggalan sejarah yang ada di Kayong Utara, dari Desa Matan hingga ke Karimata akan kita lakukan survei dan pendataan ulang untuk dibuat `database`," kata Jumadi saat dihubungi di Pontianak, Kamis.

Ia melanjutkan, untuk menyukseskan pendataan tersebut telah dibentuk Tim Bidang Kebudayaan Dinas Pendidikan. Tim tersebut telah melakukan survei di beberapa lokasi situs dan cagar budaya, salah satunya di Desa Matan Kecamatan Simpang Hilir.

Di desa ini, mereka menelusuri situs sejarah yang berkaitan dengan Kerajaan Simpang Matan. Diantaranya adalah makam panglima perang Ki Anjang Samad. Berada di Dusun Serindit, makam yang terletak di bawah ini, kondisinya cukup baik karena tiang nisannya telah diganti oleh masyarakat. Namun pendopo makam, kondisinya masih memprihatinkan.

"Tahun ini, Bidang Kebudayaan ada beberapa program kegiatan. Di antaranya, pembangunan pendopo makam Ki Anjang Samad ini. Kita akan pelihara keberadaan makam ini, untuk menjadi wisata sejarah dan budaya serta tempat belajar bagi para arkeolog," tutur Jumadi lagi.

Selain Makam Ki Anjang Samad, di Desa Matan juga terdapat makam penyebar agama Islam di jaman kerajaan yakni Said Kubra. Makam Said kondisinya sangat terawat, karena berada persis di perkampungan Desa Matan dan di pemakaman umum. Makam ini hanya memerlukan pembangunan pendopo, karena kondisi yang lama sudah mulai rusak.

"Pembangunan pendopo makam Said Kubra, juga akan kita lakukan di tahun 2017 ini. Hal ini sesuai dengan usulan dari masyarakat setempat," kata Jumadi.

Di Desa Matan, diakui Jumadi, banyak sekali peninggalan dan situs sejarah yang perlu dirawat dan dilestarikan. Diantaranya, terdapat lesung penumbuk bedak anak raja simpang. Lesung ini kondisinya masih bagus dan dirawat warga sekitar.

Mereka juga meyakini lesung tersebut masih memiliki kekuatan magis. "Lesung anak raja ini, tidak boleh terkena benda kotor atau najis. Orang yang mencoba melakukannya diyakini warga akan sakit," kata Jumadi.

Di Desa Matan ini juga terdapat makam-makam kuno yang tidak diketahui siapa yang bersemayam di dalamnya. Namun kalau dilihat dari arsitektur dan ukiran di tiang nisannya, diyakini makam-makam ini peninggalan jaman Kerajaan Simpang.

"Masih banyak sekali peninggalan sejarah dan cagar budaya yang perlu kita lestarikan di Kayong Utara. Kami meminta kepada masyarakat, apabila menemukan makam-makam tua, serta peninggalan lainnya. Untuk melaporkan ke Bidang Kebudayaan untuk kita catat dan diusulkan menjadi cagar budaya kabupaten," imbau Jumadi.  


(T011/Y008)

Pewarta: Abdul

Editor : Nurul Hayat


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2017