Sanggau (Antara Kalbar) - Beberapa tahun belakangan ini, PT ANTAM (Persero) Tbk - Unit Bisnis Pertambangan Bauksit (ANTAM - UBPB) yang IUPnya berada di Kabupaten Sanggau, tepatnya di Kecamatan Tayan Hilir, Toba, dan Meliau telah menjalankan program Corporate Social Responsibility (CSR). Bidang Pendidikan merupakan salah satu bidang yang menjadi prioritas perusahaan disamping bidang lainnya.
    BUMN ini ingin menjadikan pendidikan sebagai pilar untuk membantu peningkatan indeks pembangunan manusia (IPM) di Kabupaten Sanggau. "Sebagai perusahaan pertambangan yang beraktivitas di sekitar masyarakat kami berkomitmen membantu pemerintah meningkatkan SDM sebagai salah satu wujud komitmen CSR kami," ungkap General Manager (GM) ANTAM - UBPB, Abdul Hadi Aviciena.
    Ia menambahkan bahwa CSR akan membantu program pemerintah misalnya seven brand images Kabupaten Sanggau. "Melalui CSR bidang pendidikan kami mendukung program Sanggau Pintar, dengan harapan melalui kegiatan CSR yang diprioritaskan bagi keluarga kurang mampu dapat mengurangi angka putus sekolah dan membantu menumbuhkan cita-cita dan kemauan meraih cita-cita tersebut," jelasnya.


    Ia mengungkapkan bahwa tahun ini ANTAM - UBPB meningkatkan jumlah dan cakupan sasaran pada CSR bidang pendidikan. "Tahun ini ANTAM-UBPB akan menyalurkan kepada 400 siswa voucher dan paket sekolah di 40 sekolah sasaran mulai dari SD, SMP/sederajat, dan SMA/sederajat di Kecamatan Tayan Hilir, Toba, dan Meliau," ujarnya dalam keterangan tertulis yang diterima Antara Kalbar.
    Manager GA ER CSR ANTAM–UBPB Munadji mengatakan sebagai perusahaan dengan tata kelola CSR yang mengedepankan perbaikan berkelanjutan, pihaknya senantiasa menggali kebutuhan dan permasalahan pendidikan di sekitar termasuk memastikan adanya partisipasi stakeholder terkait sejak perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, dan perbaikan program yang disalurkan.    
    "Kita berupaya konsisten dalam penyaluran CSR. Artinya, kami mencari tahu kebutuhan dan permasalahan pendidikan, melibatkan pihak terkait, dan membuka diri terhadap saran dan masukan dari semua pihak. Tentunya dengan memperhatikan kemampuan sumber daya kami. CSR memang domain perusahaan, akan tetapi partisipasi pihak terkait sangat perlu," ujarnya.
    Munadji menambahkan bahwa ANTAM-UBPB saat ini sedang menyeleksi lulusan SMA berbasis IPA untuk memperoleh Beasiswa Utusan Daerah di Institut Pertanian Bogor. Adapun beasiswa kerjasama dengan Universitas Tanjungpura masih dalam kuota 25 orang, terbuka peluang pendaftaran penerima baru menggantikan penerima yang telah lulus dengan sasaran mahasiswa dari Kabupaten Sanggau, Landak, dan Mempawah.
    Untuk level PAUD, ANTAM-UBPB berpartisipasi membantu penyediaan sarana di beberapa PAUD terdekat. Selain itu bersama anak perusahaan PT ICA, ANTAM-UBPB juga sedang melakukan penjaringan untuk beastudi dan penyelesaian Tugas Akhir bagi mahasiswa D3/S1 Tayan Hilir, Toba, dan Meliau tanpa membatasi universitas dan jurusan di Indonesia.
    "Tentu CSR ANTAM dinamis dan membuka diri terhadap saran dan kritik. Kami yakin perbaikan perlu dilakukan dengan cara duduk bersama dikaji bersama, dan dibuat kesepakatan antara para pihak terkait. Perbaikan dapat dilakukan tentunya dengan tetap disesuaikan dengan kemampuan perusahaan," kata Munadji.
    Sementara itu, CSR Jr Specialist, Wydia Fermata menjabarkan detil bidang Pendidikan untuk SD-SMA. Ada 120 voucher, khusus bagi lulusan SD yang akan melanjutkan pendidikan ke jenjang SMP bagi mereka yang kurang mampu.
    Kemudian, 70 voucher bagi lulusan SMP/sederajat yang akan melanjutkan pendidikan ke tingkat SMA bagi siswa yang kurang mampu. Lantas 10 voucher melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi bagi lulusan SMA/sederajat yang berprestasi.
    Selain itu, disalurkan sebanyak 140 paket perlengkapan sekolah bagi siswa SD yang kurang mampu, berupa tas, sepatu, dan seragam sekolah. Kemudian sebanyak 40 paket perlengkapan sekolah bagi siswa SMP/sederajat yang kurang mampu berupa tas dan sepatu.
    Lantas ada juga sebanyak 20 fasilitasi iuran komite/SPP bagi siswa SMA/sederajat bagi  mereka yang kurang mampu. Di samping itu terdapat lebih dari 600 siswa yang akan menerima paket buku sebagai bentuk apresiasi terhadap 3 siswa terbaik di setiap rombongan belajar di 40 sekolah sasaran.
    Ia mengungkapkan pelaksanaan program CSR beberapa tahun terakhir salah satunya berbentuk bantuan melanjutkan pendidikan yang bersifat partisipasi membantu sebagian biaya melanjutkan pendidikan, ruang lingkup sekolah untuk 21 sekolah di wilayah Kecamatan Tayan Hilir dan Toba.
    Contoh tahun lalu, atas permintaan masyarakat, sosialisasi dilakukan melalui desa, penerimaan berkas langsung dilakukan oleh ANTAM–UBPB, verifikasi dilakukan bersama dengan sekolah dan desa. Hasil evaluasi bersama tahun lalu hal ini membebani orang tua mengingat setiap berkas harus dilampirkan surat keterangan kurang mampu dari desa.
    Pengumpulan langsung oleh ANTAM-UBPB menyulitkan orang tua yang tinggal jauh dari sekolah. Selain itu tahun lalu penyaluran melalui penyerahan uang tunai dengan mengumpulkan penerima di Gedung Serbaguna Embaloh. "Ada antre proses penerimaan bantuan karena perlu verifikasi penerima yang melibatkan perangkat desa, ada risiko penerima berhalangan hadir, ada biaya transportasi yang dikeluarkan penerima dalam rangka menerima bantuan CSR, dan ada resiko penggunaan uang tersebut untuk keperluan lain," ungkap wanita berkaca mata ini.
    Dijelaskan, pada tahun ini banyak dilaksanakan perbaikan, misalnya proses penjaringan dan seleksi dilakukan oleh sekolah. Agar usulan sekolah sesuai dengan kondisi di masyarakat, pada tingkat SD, usulan dari sekolah diketahui oleh desa. Bahkan, bagi SMP/sederajat dan SMA/sederajat harus diketahui oleh pihak kecamatan.  
    ""Harapannya sekolah dan pemerintah setempat dapat membantu memastikan penerima adalah siswa kurang mampu. Di samping itu karena dapat langsung diverifikasi bersama oleh sekolah dan pemerintah setempat, maka surat keterangan kurang mampu tidak selalu diperlukan, dan ini sangat membantu orang tua," tutur dia.
    Disamping itu tambah Wydia, untuk penyaluran pun diperbaiki menjadi non tunai dengan menggunakan voucher. Siswa penerima dapat menyerahkan voucher tersebut sebagai pengganti biaya melanjutkan pendidikan pada sekolah lanjutan yang terdapat dalam daftar.
    Sedangkan untuk sekolah yang berada di luar daftar, maka menggunakan rekening bank. Model begini memastikan penggunaan uang untuk pendidikan. Untuk paket akan langsung dikirimkan ke sekolah dan diserahkan dengan melibatkan pemerintah setempat, sehingga tidak ada biaya transportasi dari orang tua dalam rangka mengambil bantuan CSR.
    Model publikasi dan sosialisasi pun dibuat variatif, dengan berbagai cara sebagai bentuk pengungkapan kepada publik dan dengan tujuan agar program dapat menjangkau mereka yang paling membutuhkan program ini.
    Dalam penentuan kuota di masing-masing sekolah, perusahaan melibatkan Cabang Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga dari 3 kecamatan dengan memperhatikan jumlah siswa di sekolah tersebut dan kondisi siswa di sekolah serta intensitas kegiatan ANTAM-UBPB di wilayah itu.
    "Misalnya SDN 18 Tanjung Bunut, meski dalam wilayah desa yang sangat dekat dengan ANTAM-UBPB, voucher melanjutkan pendidikan hanya untuk satu orang karena memang jumlah siswa kelas VI-nya, hanya satu orang," ungkap dia.
    Kemudian, untuk paket sekolah didasarkan pada kondisi siswa di sekolah, jumlah siswa dan intensitas kegiatan ANTAM-UBPB di wilayah tersebut. Sebagai contoh SD Negeri 21 Piasak yang sangat dekat dengan perusahaan, meski siswa lebih banyak, paket diberikan kepada 6 siswa saja.
    Berbeda dengan SD lain yang siswanya lebih sedikit tapi menerima justru lebih banyak paket sekolah, misalnya SD Negeri 30 Selutung dengan penerima 15 siswa, SD Negeri 05 Nek Bindang dan SD Negeri 06 Balai Rawa yang masing-masingnya 9 siswa. Kami memperhatikan kondisi seragam, tas, dan sepatu siswa di daerah yang lebih pelosok berbeda dengan kondisi siswa di sekolah yang relatif lebih dekat ke kecamatan.
    Terlepas dari itu, menurut Wydia tantangan pada program ini adalah dalam pengumpulan data dan koordinasi. Hal itu dikarenakan keberadaan sekolah tersebar hingga di lokasi yang di pelosok dimana di beberapa tempat belum tersedia jaringan komunikasi. Proses pengumpulan data pun dilakukan dengan berbagai metode misalnya undangan rapat yang sulit menghadirkan semua pihak terkait, perlu dikombinasikan dengan koordinasi melalui telepon, bahkan beberapa sekolah perlu didatangi langsung.  
    "Alhamdulillah dengan kerjasama beberapa pihak, akhirnya terkumpulnya data dasar, maka bersama Cabdindikpora dari tiga kecamatan dan stakeholder lainnya, barulah dilakukan verifikasi dan penentuan kuota," kata Wydia.


Pewarta: M Khusyairi

Editor : Teguh Imam Wibowo


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2017