"Aktivitas-aktivitas ini nih yang kita hindari, ini bisa jadi pintu masuk bioterorisme, sehingga itulah pentingnya kita bersinergi," ujar Kepala Badan Karantina Indonesia, Sahat M Panggabean dalam keterangannya Jakarta, Jumat.
Komoditas tersebut ditemukan di dua lokasi yang berbeda di sisi kanan PLBN Entikong yang terdiri atas beras 100 kg (terbagi dalam 10 kantong) dan minyak goreng 75 liter oleh tim patroli yang terdiri atas 18 instansi di perbatasan yaitu CIQS, Satgas Pamtas RI-MLY Yonarmed 16/Tk, BNPP Entikong, dan instansi terkait lainnya.
Temuan komoditas tersebut diduga sengaja ditinggalkan sebelum tim patroli gabungan melintas.
Menurut informasi, kata Sahat, di wilayah Kalimantan Barat setidaknya terdapat 54 jalur tikus (perlintasan tidak resmi) yang terbagi di Kabupaten Sambas, Bengkayang, dan Sanggau.
Kepala Balai Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan Kalimantan Barat Amdali Adhitama mengatakan, jalur tikus di perbatasan darat Indonesia Malaysia menjadi permasalahan tersendiri. Potensi masuk dan tersebarnya hama penyakit melalui komoditas selundupan tersebut sangat potensial.
Karena itu pihaknya dalam melakukan pelayanan karantina di PLBN Entikong terus menggandeng semua unsur agar mengerti dan memahami tugas karantina serta turut mendukungnya.
"Komoditas tersebut akan diproses sesuai Undang-Undang Karantina dan tentunya kita terus bersinergi agar hal-hal seperti ini dapat diantisipasi pada hari mendatang," ungkapnya.
Baca juga: Danrem 121/Abw: Awasi "jalan tikus" di batas Indonesia-Malaysia