Pontianak (Antara Kalbar) - Kepala Riset dan SDM Kementerian Kelautan dan Perikanan, M Zulficar Mochtar menilai meski Kalimantan Barat memiliki potensi kelautan dan perikanan yang besar namun hingga kini masih minim investasi yang menggarap sektor tersebut.

"Potensi sektor kelautan di Kalbar sangat besar dan hanya saja sampai saat ini belum banyak investor dan masyarakat yang mau berkecimpung dalam bidang itu," ujarnya saat di Pontianak, Kamis.

Zulficar berharap dengan kondisi yang ada banyak akses pendidikan soal kelautan dan perikanan kepada para pelaku utama di Kalbar agar potensi yang ada tergarap dengan maksimal untuk kesejahteraan masyarakat.

"Menyadari kondisi ekonomi dan pendidikan pelaku utama pada umumnya relatif masih rendah maka untuk meningkatkan kesejahteraannya diperlukan kebijakan untuk untuk meningkatkan akas pendidikan bagi putra-putri nelayan, pembudidaya ikan dan pengolah ikan," kata dia.

Ia mengapresiasi dengan Sekolah Usaha Perikanan Menengah Pontianak yang sudah menerapkan kuota 44 persen untuk anak-anak para pelaku usaha perikanan dalam penerimaan siswa barunya. Selain itu dia menyarankan agar lebih banyak beasiswa diberikan kepada mereka.

"Petani dan pelaku utama yakni nelayan, pembudidaya ikan, dan pengolah ikan merupakan profesi mayoritas penduduk Indonesia. Hampir 60 persen penduduk Indonesia berada di pedesaan dan di wilayah pesisir," paparnya.

Ia menyebutkan berdasarkan data Badan Pusat Statistik 2014, rumah tangga di Indonesia yang mengandalkan hidupnya dari menangkap ikan di perairan umum dan laut sebanyak 964.231 atau sekitar 1,5 persen dari rumah tangga di Indonesia.

"Dari jumlah yang ada kebanyakan berada di Provinsi Jawa Timur. Dari jumlah itu, rumah tangga nelayan laut yang tergolong miskin ada 23,79 persen dan nelayan di perairan umum 24.98 persen. Sedangkan budidaya 23,44 persen. Rumah tangga usaha penangkapan ikan di laut memiliki pendapatan per kapita lebih besar dibandingkan dengan rumah tangga usaha penangkapan ikan di perairan umum dan rumah tangga usaha budidaya ikan," jelasnya.

Di Indonesia kata dia minimnya penerapan teknologi dalam penangkapan ikan menyebabkan banyak nelayan belum sejahtera. Kembali ia memaparkan bahwa berdasarkan data BPS pendapatan per kapita nelayan di perairan umum adalah Rp642.350. Sedangkan nelayan laut Rp737.030. Pendapatan rumah tangga nelayan di perairan umum adalah Rp2.338.600 dan nelayan laut Rp3.030.200.

"Asian Development Bank menyatakan penduduk miskin hidup dengan penghasilan di bawah US$2. Dengan kurs sekitar Rp13.000 per dolar, penghasilan sebulan penduduk miskin di bawah Rp780.000. ADB mencatat ada 11,3 persen penduduk Indonesia berada di bawah kemiskinan," kata dia.

Pewarta: Dedi

Editor : Teguh Imam Wibowo


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2017