Sanggau (Antara Kalbar) - Runtuhnya sebagian bronjong atau barau di kawasan Kampong Sentana, Kelurahan Tanjung Sekayam, Kecamatan Kapuas, Kabupaten Sanggau disayangkan sejumlah kalangan.
    Menurut Agus salah seorang warga kota Sanggau, pihaknya sudah lama melihat barau yang runtuh atau ambrol tersebut, saat tengah berjalan-jalan bersama keluarga di kawasan Kampong Sentana.
    "Sewaktu jalan-jalan di kawasan Sentana, sampai ke hulu. Nah, terlihatlah barau yang ambruk itu, saya sempat bertanya kapan di bangun, warga setempat bilang baru dibangun,' ungkapnya.
   Untuk itu Agus berharap, ada perhatian dari pemerintah untuk memperbaiki atau membangun kembali. "Kita harapkan ada perhatian lah dar pemerintah, apakah dibangun lagi atau bagaimana," ujar dia.
    Humas Laskar Anti Korupsi Indonesia (LAKI) Kabupaten Sanggau, Munawar Rahim SH membenarkan, ambrolnya bronjong pada proyek perkuatan tebing sungai tersebut belum lama ini.
    "Ya, terkait barau yang roboh di Tanjung Sekayam, kami selaku masyarakat Sanggau meminta kepada kontraktor proyek harus bertanggung jawab untuk memperbaiki," pintanya.
    Disamping itu, pria yang juga berprofesi sebagai salah seorang praktisi hukum di Kabupaten Sanggau ini berharap kepada aparat penegak hukum harus turun ke lapangan, untuk melaksanakan pengusutan, apakah ada unsur-unsur kesengajaan atau dikategorikan bencana alam.
    Terpisah saat dikonfirmasi Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK) Dinas Pekerjaan Umum (PU) Sanggau, Andi Darmawan mengatakan ambrolnya bronjong itu diakibatkan banjir yang melanda di Sungai Sekayam dan terjangan air yang deras.
    "Banjir yang melanda terlalu lama membuat bangunan itu tergerus air, maka dari itu lama kelamaan tebing tersebut menjadi longsor dan ambruk," jelasnya.
    Andi menegaskan, pihaknya sudah berkoordinasi kepada bagian tanah di Universitas Tanjungpura (Untan) Pontianak untuk melakukan penyelidikan yang hasilnya adalah tanah di kawasan itu tidak stabil. "Jadi diperlukan kekuatan untuk tebing itu, tidak bisa sebatas bronjong atau menggunakan besi tiang pancang untuk disitu," katanya.
   Menurut Andi, pada saat perencanaan awal tanah di kawasan itu terlalu banyak yang longsor. Maka dengan keterbatasan dana saat itu, pihaknya tidak ada penelitian sampai sondirnya ke dasar pangkal tanah yang keras. "Setelah kita mendatangkan dari pihak fakultas di Untan, dengan penelitian barang ini menggunakan sondir baru dapat kedalaman tanah, seharusnya tiang yang ditancapkan di kedalaman tanah sepanjang 12 meter untuk memperkuat tebing-tebing disekayam yang tanahnya labil ini," jelasnya.
    Ditambahkan, kedepan konstruksi akan dirubah tidak menggunakan bronjong lagi. Untuk di daerah rawan ini memang agak berbeda dengan yang lain, rencana banguan tebing tersebut menggunakan baja.
    "Tebing ini akan kita bangun ulang, dengan dana sekitar  Rp925 juta untuk memperbaiki di bagian yang longsor saja. Kalau mau dibangun ulang lagi, kemungkinan dananya tidak sanggup karena dananya terlalu besar. Untuk antisipasi tebing yang sudah dibangun dengan bronjong itu, kedepan kita akan mengadakan penahan beban gesernya ini dengan menanamkan besi H di setiap tebing di sepanjang 70 meter di sungai sekayam itu," pungkas dia.




Pewarta: M Khusyairi

Editor : Teguh Imam Wibowo


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2017