Pontianak (Antara Kalbar) - Ketua Dewan Pertimbangan Pengendalian Perubahan Iklim Sarwono Kusumaatmadja mengatakan upaya pengendalian perubahan iklim patut menjadi perhatian semua, mengingat saat ini telah terjadi perubahan iklim yang sangat signifikan yang dapat mengancam kelangsungan hidup manusia.

"Baru-baru ini, adanya bongkahan es sebesar pulau Bali yang terpisah dari Benua Antartika dan ini mengancam iklim global bagi dunia," kata Sarwono saat menghadiri kegiatan Aksi Pengendalian Perubahan Iklim di kantor Gubernur Kalbar, Selasa.

Dikhawatikan, jika bongkahan es raksasa itu sampai mencair, maka akan banyak pulau di dunia yang tenggelam.

Sarwono yang pernah menjabat sebagai Menteri Kelautan dan Perikanan pada Kabinet Persatuan Nasional itu menambahkan, di Indonesia sendiri, kebakaran hutan dan lahan terus terjadi dan ini dapat menyebabkan semakin sedikitnya hutan yang ada.

"Ini semua tentu patut diwaspadai karena dapat mengancam perubahan iklim global. Untuk itu diperlukan partsisipasi aktif dari pemda dan aksi nyata dari masyarakat, agar perubahan iklim ini bisa dicegah," tuturnya.

Pada kesempatan itu, mantan Menteri Negara Lingkungan Hidup pada Kabinet Pembangunan VI di tahun 1993-1998 ini juga menyambut baik atas aksi nyata yang dilakukan pemprov Kalbar bersama Untan Pontianak yang dinilainya dapat menjadi garda terdepan dalam mengantisipasi perubahan iklim global.

"Yang paling peting dipahami adalah bagaimana partisipasi masyarakat dalam gerakan pengendalian perubahan iklim dengan melakukan inovasi seperti yang dilakukan oleh Untan Pontianak dan Pemprov Kalbar yang menjalankan program Hutan pendidikan di Landak dan Fakultas Kehutanan Untan juga menemukan alat untuk mengukur bio masa karbon dari pohon," katanya.

Menurutnya, inovasi tersebut menjadi satu bukti nyata keseriusan Pemprov Kalbar dan Untan untuk mencegah lajunya perubahan iklim global.

"Perlu juga saya sampaikan bahwa Indonesia memiliki pengalaman yang unik dalam menghadiri konferensi perubahan iklim dunia, dimana kita selalu menjadi nomor satu dalam ekspose kegiatan tersebut dan paviliun kita pada kegiatan itu pasti selalu yang menjadi populer," kata Sarwono.

Dia menegaskan, hal ini menandakan bahwa Indonesia selalu memiliki nilai tawar tinggi, dalam pengendalian perubahan iklim.

"Sebagai negara yang masih memiliki banyak hutan, kita masih selalu menjadi sorotan dari dunia. Peluang ini tentu haus kita manfaatkan dengan baik, agar kita bisa tetap menjaga utan yang ada, namun kita juga harus mendapatkan konribusi dari negara maju untuk kesejahteraan masyarakat," katanya.

Ditempat yang sama, Gubernur Kalimantan Barat, Cornelis mengatakan, perubahan iklim yang terjadi saat ini bermuara pada meningkat pesatnya pertumbuhan penduduk dunia. Dengan semakin banyaknya penduduk, tentu semakin banyak orang yang membutuhkan makanan dan tempat tinggal.

"Akibatnya, lahan hutan yang ada semakin banyak yang diubah menjadi lahan pertanian dan pemukiman. Pertumbuhan antara manusia dengan kebutuhannya sekarang menjadi tidak seimbang dan menyebabkan banyak lahan yang terdegradasi," kata Cornelis.

Terkait hal tersebut, pada kegiatan itu, pihaknya sengaja mengundang NGO dan pihak perusahaan agar bisa bersama-sama mengatasi hal perubahan iklim tersebut.

"Tidak ada cara lain yang bisa kita lakukan untuk mencegahnya, salah satu cara yang bisa dilakukan adalah dengan menanam pohon dipekarangan rumah kita, jangan sampai halaman di semen semua. Mulai dari lingkungan keluarga terlebih dahulu, baru sampaikan kepada masyarakat," kata Cornelis.

Pewarta: Rendra Oxtora

Editor : Teguh Imam Wibowo


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2017