Pontianak (Antara Kalbar) - Kepala Dinas Kesehatan Kubu Raya, Berli Hamdani mengungkapkan kondisi real, adanya potensi kasus stunting di kabupaten itu tergolong tinggi, mencapai 24,1 persen berdasarkan pemantauan status gizi tahun 2016.

"Masih tingginya angka stunting di Kubu Raya ini dilatarbelakangi beberapa permasalahan yang belum diatasi. Satu diantaranya upaya peningkatan ketahanan pangan," kata Berli di Sungai Raya, Jumat.

Dia menjelaskan, akibat masalah pangan tersebut, kebutuhan gizi masyarakat masih belum bisa terpenuhi secara optimal sehingga menyebabkan tingginya angka kasus stunting.

"Artinya kita masih mengatasi akibat, dan ini sudah terlambat dimana anak stunting tidak dapat dikoreksi lagi untuk tidak stunting. Karena penyebabnya, kurangnya asupan gizi kronis sejak dari kandungan, bahkan kalau ibunya juga penderita stunting, maka anak yang dilahirkannya kemungkinan besar akan stunting juga," tuturnya.

Upaya upaya pencegahan, Dinkes Kabupaten Kubu Raya melakukan beberapa langkah, salah satunya melalui Pemeriksaan Kehamilan ibu atau disebut ANC (ante natal care) di seluruh fasilitas pos pelayanan kesehatan termasuk posyandu oleh bidan atau dokter.

Selain itu, dukungannya juga melalui perbaikan Gizi Keluarga, melalui Gerakan KADARZI (keluarga sadar gizi), perbaikan menu keluarga dan pola makan keluarga.

"Saat ini fokus program Gizi adalah pada 1000 HPK (hari pertama kehidupan), yaitu mulai usia kehamilan ibu 22 minggu sampai anak usia 2 tahun, harus bisa diperhatikan," katanya.

Melalui PIS-PK GERMAS Hidup Sehat (program indonesia sehat melalui pendekatan keluarga, dan gerakan masyarakat hidup sehat), yang kalau di Kubu Raya yang disebut PKRS-PK GERMAS Hidup Sehat.

"Kami juga dibantu oleh Kader GERMAS KKR, yaitu kader posyandu dan dukun bayi yang bermitra dengan bidan desa," kata Berli.

Berli menegaskan Kubu Raya memiliki potensi stunting cukup tinggi sehingga peran sejumlah pihak, termasuk para bapak juga turut serta, guna memenuhi gizi anak sejak dalam kandungan.

"Jika ini bisa terlaksana, diharapkan kejadian stunting dapat ditekan serendah-rendahnya. Paling tidak, kalau petugas kami bersama kader berkunjung ke rumah-rumah, jangan ditolak," katanya.

Terkait masalah kematian ibu dan balita. Dinas Kesehatan Kubu Raya masih akan melakukan kajian lebih lanjut.

"Sebab saat ini, jumlah kematian ibu dan bayi untuk hubungan antara stunting masih perlu kajian lebih lanjut, yang pastinya dalam hal ini, perlu biaya, tenaga, waktu, dan metode survei," kata Berli.


(U.KR-RDO/N005)

Pewarta: Rendra Oxtora

Editor : Andilala


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2017