Pontianak (Antara Kalbar) - Komunitas Bahasa Isyarat Kalimantan Barat bekerja sama dengan Volunteer Bicara memeriahkan Hari Tuli Internasional dengan melakukan beberapa agenda pada 24-25 September 2017.
Inklusi Penuh dengan Bahasa Isyarat Hari Tuli Internasional 2017 yang jatuh pada tanggal 18 sampai 24 September 2017 juga dilaksanakan oleh penyandang tuli di Kota Pontianak di area Car Free Day, Minggu.
Kegiatan ini juga didukung oleh Gerkatin, Dinas Pendidikan, West Borneo Deaf Community dan Komunitas Bahasa Isyarat Kalimantan Barat.
"Dalam kegiatan ini penyandang tuli berharap dapat mengkampanyekan hak mereka untuk bisa berinteraksi baik dengan mereka yang normal," kata Ketua Panitia, Dhita di Pontianak, Minggu.
Dia menjelaskan, diantara hak-hak yang dikampanyekan pihaknya itu antara lain hak saat lahir, identitas tuli, aksesibilitas, setara/sama bahasa, peluang bekerja yang setara, pendidikan dwi bahasa, partisipasi sama, serta belajar sepanjang hayat.
"Pada hari ini, kita mulai kegiatan sejak pukul 07.00 sampai 09.00 WIB, diantaranya jalan santai dengan tema `Jalan santai dan kampanye kesetaraan`, menyanyikan lagu Indonesia Raya, peragaan model baju festival kreatif, tarian Dayak, serta tak lupa orasi mengenai inklusi penuh dengan bahasa isyarat kepada masyarakat umum di area CFD," katanya.
Dalam kegiatan ini juga dihadiri oleh teman-teman Tuli dari berbagai daerah yang ada di Kalimantan Barat seperti dari kota Singkawang.
Pada hari kedua, 25 September 2017 pukul 12.00--16.30 WIB, komunitas bahasa isyarat akan melakukan "Seminar Inklusi Penuh Bahasa Isyarat" di rumah dinas Wakil Walikota Pontianak yang dihadiri oleh aktivis Tuli Surya Sahetapy dan Juru Bahasa isyarat, masyarakat umum dan pemerintah setempat.
Seminar ini diharapkan agar masyarakat umum tertarik untuk mempelajari bahasa isyarat serta mendorong Pemerintah dan instansi terkait agar menerapkan kebijakan mengenai Inklusi Bahasa Isyarat guna mencapai kesetaraan diantara penyandang tuli dan masyarakat bicara di Kalimantan Barat, khususnya di Kota Pontianak.
Dhita menambahkan, tujuan dari kegiatan kali ini ingin menunjukkan identitas Tuli sebagai anggota komunitas budaya bahasa alami dan bahasa ibu menggunakan bahasa isyarat.
"Cita-cita kita yang Tuli, tentunya tidak akan menyerah dalam memperjuangkan Hak Tuli, dimana kita setara, jangan minder. Untuk di bidang pendidikan cita-citanya ingin menjadi penerjemah serta guru bahasa isyarat, pastinya dukungan dari komunitas/ atau organisasi Tuli atau bahasa isyarat," kata Lidya (28) selaku salah satu penyandang tuli berprestasi yang mewakili Indonesia sebagai Miss Deaf Internasional 2017 di Las Vegas, Amerika Serikat.
(KR-RDOT011)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2017
Inklusi Penuh dengan Bahasa Isyarat Hari Tuli Internasional 2017 yang jatuh pada tanggal 18 sampai 24 September 2017 juga dilaksanakan oleh penyandang tuli di Kota Pontianak di area Car Free Day, Minggu.
Kegiatan ini juga didukung oleh Gerkatin, Dinas Pendidikan, West Borneo Deaf Community dan Komunitas Bahasa Isyarat Kalimantan Barat.
"Dalam kegiatan ini penyandang tuli berharap dapat mengkampanyekan hak mereka untuk bisa berinteraksi baik dengan mereka yang normal," kata Ketua Panitia, Dhita di Pontianak, Minggu.
Dia menjelaskan, diantara hak-hak yang dikampanyekan pihaknya itu antara lain hak saat lahir, identitas tuli, aksesibilitas, setara/sama bahasa, peluang bekerja yang setara, pendidikan dwi bahasa, partisipasi sama, serta belajar sepanjang hayat.
"Pada hari ini, kita mulai kegiatan sejak pukul 07.00 sampai 09.00 WIB, diantaranya jalan santai dengan tema `Jalan santai dan kampanye kesetaraan`, menyanyikan lagu Indonesia Raya, peragaan model baju festival kreatif, tarian Dayak, serta tak lupa orasi mengenai inklusi penuh dengan bahasa isyarat kepada masyarakat umum di area CFD," katanya.
Dalam kegiatan ini juga dihadiri oleh teman-teman Tuli dari berbagai daerah yang ada di Kalimantan Barat seperti dari kota Singkawang.
Pada hari kedua, 25 September 2017 pukul 12.00--16.30 WIB, komunitas bahasa isyarat akan melakukan "Seminar Inklusi Penuh Bahasa Isyarat" di rumah dinas Wakil Walikota Pontianak yang dihadiri oleh aktivis Tuli Surya Sahetapy dan Juru Bahasa isyarat, masyarakat umum dan pemerintah setempat.
Seminar ini diharapkan agar masyarakat umum tertarik untuk mempelajari bahasa isyarat serta mendorong Pemerintah dan instansi terkait agar menerapkan kebijakan mengenai Inklusi Bahasa Isyarat guna mencapai kesetaraan diantara penyandang tuli dan masyarakat bicara di Kalimantan Barat, khususnya di Kota Pontianak.
Dhita menambahkan, tujuan dari kegiatan kali ini ingin menunjukkan identitas Tuli sebagai anggota komunitas budaya bahasa alami dan bahasa ibu menggunakan bahasa isyarat.
"Cita-cita kita yang Tuli, tentunya tidak akan menyerah dalam memperjuangkan Hak Tuli, dimana kita setara, jangan minder. Untuk di bidang pendidikan cita-citanya ingin menjadi penerjemah serta guru bahasa isyarat, pastinya dukungan dari komunitas/ atau organisasi Tuli atau bahasa isyarat," kata Lidya (28) selaku salah satu penyandang tuli berprestasi yang mewakili Indonesia sebagai Miss Deaf Internasional 2017 di Las Vegas, Amerika Serikat.
(KR-RDOT011)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2017