Putussibau (Antara Kalbar) - Petani lada yang berada di sekitar Danau Sentarum daerah perbatasan Indonesia - Malaysia, Kecamatan Batang Lupar, Kapuas Hulu Kalimantan Barat mengeluhkan mahalnya harga pupuk yang dibeli dari Malaysia.
"Kami minta Pemerintah Daerah Kapuas Hulu ada solusi untuk petani lada yang memerlukan pupuk, karena kami tidak mampu jika harus membeli pupuk lada dengan harga yang mahal dari Negara Malaysia," kata Herman seorang petani lada di perbatasan Indonesia - Malaysia wilayah Kapuas Hulu, kepada Antara, Selasa.
Ia menjelaskan pupuk khusus lada sangat sulit diperoleh, sehingga para petani terpaksa membeli ke Malaysia dengan harga Rp550 ribu satu karung 50 kilogram.
Mewakili masyarakat petani lada, Herman meminta agar Pemerintah Daerah Kapuas Hulu maupun Pemerintah Pusat agar melakukan perhatian dan pembinaan kepada petani lada untuk pertumbuhan ekonomi masyarakat perbatasan.
Bupati Kapuas Hulu, Abang Muhammad Nasir mengatakan bahwa pupuk Indonesia memang berbeda kualitasnya dengan pupuk Malaysia, tentu harganya juga berbeda.
Meskipun demikian, Nasir berpesan kepada petani lada untuk membuat kelompok tani, sehingga dapat membuat proposal terkait keluhan petani lada tersebut.
"Pemda akan bantu untuk pupuk subsidi, namun petani harus buat kelompok dan serius mengembangkan potensi lada di perbatasan," kata Nasir.
Bahkan Nasir juga menyampaikan salah satu program Menteri Pertanian, agar masyarakat tidak lagi membeli lada ke Malaysia namun lada yang dikembangkan dapat memenuhi kebutuhan Indonesia.
"Saya rasa pemerintah sudah cukup serius dibidang pertanian, asalkan petani juga serius," jelas Nasir.
(T.KR-TFT/N005)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2017
"Kami minta Pemerintah Daerah Kapuas Hulu ada solusi untuk petani lada yang memerlukan pupuk, karena kami tidak mampu jika harus membeli pupuk lada dengan harga yang mahal dari Negara Malaysia," kata Herman seorang petani lada di perbatasan Indonesia - Malaysia wilayah Kapuas Hulu, kepada Antara, Selasa.
Ia menjelaskan pupuk khusus lada sangat sulit diperoleh, sehingga para petani terpaksa membeli ke Malaysia dengan harga Rp550 ribu satu karung 50 kilogram.
Mewakili masyarakat petani lada, Herman meminta agar Pemerintah Daerah Kapuas Hulu maupun Pemerintah Pusat agar melakukan perhatian dan pembinaan kepada petani lada untuk pertumbuhan ekonomi masyarakat perbatasan.
Bupati Kapuas Hulu, Abang Muhammad Nasir mengatakan bahwa pupuk Indonesia memang berbeda kualitasnya dengan pupuk Malaysia, tentu harganya juga berbeda.
Meskipun demikian, Nasir berpesan kepada petani lada untuk membuat kelompok tani, sehingga dapat membuat proposal terkait keluhan petani lada tersebut.
"Pemda akan bantu untuk pupuk subsidi, namun petani harus buat kelompok dan serius mengembangkan potensi lada di perbatasan," kata Nasir.
Bahkan Nasir juga menyampaikan salah satu program Menteri Pertanian, agar masyarakat tidak lagi membeli lada ke Malaysia namun lada yang dikembangkan dapat memenuhi kebutuhan Indonesia.
"Saya rasa pemerintah sudah cukup serius dibidang pertanian, asalkan petani juga serius," jelas Nasir.
(T.KR-TFT/N005)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2017