Oleh Dedi
Sambas (Antara Kalbar) - Produksi lada warga Dusun Batu Layar, Desa Sendoyan, Kabupaten Sambas, pada musim panen tahun ini setara dengan Rp2 miliar.
"Kita bersyukur tahun ini produktivitas lada di dusun kami meningkat. Hasil yang ada berdasarkan hitung - hitungan kita terhadap petani yang ada di sini," ujar satu di antara petani lada Batu Layar, Indra di Sambas, Senin.
Indra membandingkan dari hasil produktivitas yang tinggi saat ini tidak seimbang dengan harga lada di tingkat petani.
"Perhitungan saat ini sebagaimana dengan harga yang berlaku saat ini pula yakni Rp70 ribu per kilogram. Sangat disayangkan harga saat ini jatuh. Bayangkan jika harga seperti tahun sebelumnya yakni Rp150 ribu per kilogram maka hasil lada bisa mencapai Rp4 miliar," kata dia.
Ia memaparkan bahwa penduduk Dusun Batu Layar saat ini mayoritas menanam lada dan menjadi sumber utama pendapatan masyarakat.
"Kalau dihitung jiwa penduduk kita saat ini masih sedikit di mana di kisaran 500 jiwa. Meski jumlah kita sedikit potensi ekonomi dengan hasil lada saja dusun kita bisa miliaran rupiah per tahun," jelasnya.
Menurutnya saat ini rata - rata hasil lada per orang kisaran 400 - 600 kilogram.� Bahkan tidak jarang juga produktivitas yang dihasilkan di atas satu ton lada.
"Dalam keluarga saya sendiri tahun ini hasil panen kita di kisaran 600 kilogram.� Ada beberapa petani lainnya di atas satu ton," jelasnya.
Petani lada lainnya, Sapar yang saat ini menghasilkan lada di atas 900 kilogram mengatakan tahun ini tahun produktivitas yang tinggi.
"Sayang saja tahun ini harga jatuh sekitar 50 persen. Produktivitas tinggi namun pendapatan masih stagnan," jelasnya.
Di dusunnya, menurut Sapar merupakan satu di antara sentra lada di Kecamatan Sejangkung. Di luar potensi ekonomi yang besar di daerahnya ada sejumlah tantangan yang mesti melibatkan peran pemerintah.
"Soal harga tadi bagaimana juga ada peran pemerintah terutama dalam rantai pasar dan pasar itu sendiri. Kita tidak ingin harga yang ada hasil pembentukan oleh sekelompok pembeli atau agen karena informasi soal harga dan penyebabnya kita tidak tahu," papar dia.
Ia menambahkan tantangan lainnya yang tidak kalah penting di mana masyarakat butuh normalisasi sungai. Sungai menurutnya memiliki peran penting untuk menghindari banjir.
"Tanaman lada sangat sensitif dengan air. Banjir dalam empat hari saja lada bisa sakit dan bahkan bisa mati. Artinya sungai penting agar ketika hujan turun air cepat turun sehingga lada terselamatkan," katanya.
Dengan tantangan yang ada ia meminta pemerintah daerah bisa melihat dan memberikan solusi agar pendapatan ekonomi masyarakat terus terjaga sehingga bisa sejahtera.
"Dengan normalisasi sungai anggap butuh biaya Rp500 juta, namun dapat menyelamatkan miliaran rupiah dalam belasan tahun ke depan. Kalau tidak normalisasi kita khawatir banjir dan tanaman lada mati. Sangat disayangkan miliaran rupiah juga hilang dan saya yakin daya beli berkurang dan kemiskinan lahir kembali," kata dia.
Petani Lada Batu Layar Hasilkan Rp2 Miliar
Senin, 4 September 2017 10:23 WIB