Pontianak (Antara Kalbar) - Ketua Dewan Pengawas Indonesia Kratom Association Franky Kaunang mengatakan hingga saat ini permintaan tepung kratom dari luar negeri masih tinggi dan harganya mulai stabil.
"Kendati tidak setinggi beberapa tahun lalu, harga kratom saat ini mulai stabil, yakni 35 dolar AS per kilogram. Begitu juga dengan permintaan dari negara luar," ujarnya usai diskusi dengan Kementerian Perindustrian dan berbagai pihak lainnya di Pontianak, Kamis.
Ia mengatakan hampir seluruh produk kratom mengambil pasar ekspor, terutama Amerika Serikat dan Eropa. Tepung kratom di negara-negara tersebut ternyata sudah menjadi industri. Paling banyak adalah untuk pembuatan obat penghilang nyeri.
"Selain itu kratom sudah diolah sebagai kosmetik berupa sabun dan lotion spa. Dalam hasil lain kratom menjadi minuman kesehatan. Banyak juga yang dimanfaatkan sebagai bahan untuk aroma terapi dan pembuatan dupa atau hio," kata dia.
Saat ini pihaknya hanya memasarkan barang dalam bentuk remah dan bubuk. Hal itu karena masih mengacu pada aturan yang ada.
"Kita tentu harus mengacu kepada aturan. BPOM belum memberikan sertifikat untuk produk jadi dari olahan kratom. Jadi kita hanya ekspor tepung saja," kata dia.
Franky mengatakan sebagian anggota Indonesia Kratom Association (IKA) adalah pelaku UMKM sehingga mengirimkan produknya lewat bingkisan ke negara tujuan. Namun beberapa mulai mampu mengekspor dalam jumlah besar. Bahkan ada anggotanya yang bisa mengekspor 10 ton tepung kratom dalam tempo sebulan.
"Tentu ini menghidupkan aktivitas ekonomi di daerah pedalaman akibat harga karet dan sawit yang belum stabil," kata dia.
Sementara itu, Wakil Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Kalbar Bidang Hubungan Luar Negeri, Rudyzar Zaidar Mochtar menyebut, sejauh ini kratom memang legal untuk diekspor.
Menurut dia, dengan potensi hutan Kalbar yang luas, kratom bisa menjadi alternatif usaha ekonomi kerakyataan.
"Di tengah lesunya komoditas perkebunan rakyat Kalbar, kratom menjadi sumber penghidupan baru bagi petani di sentra hutan tanaman ini tumbuh," kata dia.
Ia memaparkan sejauh ini ekspor kratom masih berupa bahan baku. Nanti negara tujuan itulah yang mengelola tepung itu untuk dijadikan produk jadi. Biasanya dijadikan produk farmasi dan kosmetik di sana.
"Menurut saya kita cukup sampai di tepung saja, karena memang belum ada regulasi untuk pengolahan ke produk jadi di Indonesia," katanya.
Sementara itu, Ketua Persatuan Kratom Indonesia Suhaeri menyebut kegunaan kratom tak seperti rumor yang beredar bahwa kratom digunakan untuk aktivitas tak lazim.
"Kalau diperlakukan dengan benar, tentu banyak manfaatnya. Saya juga mengkonsumsi harian dalam kadar yang wajar. Tidak ada efek yang bagaimana tuh. Di Jepang sudah ada paten untuk olahan kratom. Begitu juga dengan Amerika," kata dia.
Kepala Bidang Agronomi dan Tekstil Kementerian Perindustrian, Afrida menyebut ada potensi kratom untuk menjadi produk industri dalam negeri. Namun pihaknya harus melihat dahulu regulasinya.
"Tentu kalau sudah mendapat sertifikat BPOM dan uji klinis bahwa ini bisa dipasarkan dalam bentuk barang jadi. Tetapi kalau belum, tentu dijual dalam bentuk tepung saja. Kami butuh kajian lebih dalam untuk komoditas ini," katanya.
(U.KR-DDI/S. Muryono)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2017
"Kendati tidak setinggi beberapa tahun lalu, harga kratom saat ini mulai stabil, yakni 35 dolar AS per kilogram. Begitu juga dengan permintaan dari negara luar," ujarnya usai diskusi dengan Kementerian Perindustrian dan berbagai pihak lainnya di Pontianak, Kamis.
Ia mengatakan hampir seluruh produk kratom mengambil pasar ekspor, terutama Amerika Serikat dan Eropa. Tepung kratom di negara-negara tersebut ternyata sudah menjadi industri. Paling banyak adalah untuk pembuatan obat penghilang nyeri.
"Selain itu kratom sudah diolah sebagai kosmetik berupa sabun dan lotion spa. Dalam hasil lain kratom menjadi minuman kesehatan. Banyak juga yang dimanfaatkan sebagai bahan untuk aroma terapi dan pembuatan dupa atau hio," kata dia.
Saat ini pihaknya hanya memasarkan barang dalam bentuk remah dan bubuk. Hal itu karena masih mengacu pada aturan yang ada.
"Kita tentu harus mengacu kepada aturan. BPOM belum memberikan sertifikat untuk produk jadi dari olahan kratom. Jadi kita hanya ekspor tepung saja," kata dia.
Franky mengatakan sebagian anggota Indonesia Kratom Association (IKA) adalah pelaku UMKM sehingga mengirimkan produknya lewat bingkisan ke negara tujuan. Namun beberapa mulai mampu mengekspor dalam jumlah besar. Bahkan ada anggotanya yang bisa mengekspor 10 ton tepung kratom dalam tempo sebulan.
"Tentu ini menghidupkan aktivitas ekonomi di daerah pedalaman akibat harga karet dan sawit yang belum stabil," kata dia.
Sementara itu, Wakil Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Kalbar Bidang Hubungan Luar Negeri, Rudyzar Zaidar Mochtar menyebut, sejauh ini kratom memang legal untuk diekspor.
Menurut dia, dengan potensi hutan Kalbar yang luas, kratom bisa menjadi alternatif usaha ekonomi kerakyataan.
"Di tengah lesunya komoditas perkebunan rakyat Kalbar, kratom menjadi sumber penghidupan baru bagi petani di sentra hutan tanaman ini tumbuh," kata dia.
Ia memaparkan sejauh ini ekspor kratom masih berupa bahan baku. Nanti negara tujuan itulah yang mengelola tepung itu untuk dijadikan produk jadi. Biasanya dijadikan produk farmasi dan kosmetik di sana.
"Menurut saya kita cukup sampai di tepung saja, karena memang belum ada regulasi untuk pengolahan ke produk jadi di Indonesia," katanya.
Sementara itu, Ketua Persatuan Kratom Indonesia Suhaeri menyebut kegunaan kratom tak seperti rumor yang beredar bahwa kratom digunakan untuk aktivitas tak lazim.
"Kalau diperlakukan dengan benar, tentu banyak manfaatnya. Saya juga mengkonsumsi harian dalam kadar yang wajar. Tidak ada efek yang bagaimana tuh. Di Jepang sudah ada paten untuk olahan kratom. Begitu juga dengan Amerika," kata dia.
Kepala Bidang Agronomi dan Tekstil Kementerian Perindustrian, Afrida menyebut ada potensi kratom untuk menjadi produk industri dalam negeri. Namun pihaknya harus melihat dahulu regulasinya.
"Tentu kalau sudah mendapat sertifikat BPOM dan uji klinis bahwa ini bisa dipasarkan dalam bentuk barang jadi. Tetapi kalau belum, tentu dijual dalam bentuk tepung saja. Kami butuh kajian lebih dalam untuk komoditas ini," katanya.
(U.KR-DDI/S. Muryono)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2017