Tegucigalpa (Antaranews Kalbar) - Jumlah pembunuhan di Honduras turun lebih dari seperempat pada 2017 hingga 42,8 perkara per 100.000 orang, kata kementerian keamanan pada Selasa, mengaitkan penurunan tersebut dengan upaya pemerintah memerangi pedagang narkotika dan kelompok kejahatan.
Negara Amerika Tengah tersebut, yang dilanda kemelut politik sejak pemilihan presiden pada 26 November, yang berujung sengketa, mencatat pembunuhan pada 2016 sebesar 59,1 perkara per 100.000 orang.
"Kami mencatat penurunan tajam dalam jumlah pembunuhan di negara ini, salah satu penyebabnya adalah gerakan tergalang kepolisian dengan militer terhadap penyelundup narkotika dan kelompok kejahatan," kata kepala penyelidikan kepolisian Romel Martinez saat pertemuan media.
Jumlah pembunuhan di Honduras terus menurun dalam beberapa tahun belakangan, setelah mencatat angka tertinggi 85,5 perkara per 100.000 orang pada 2011.
Meskipun demikian, Honduras tetap menjadi salah satu negara paling mematikan di dunia.
Dalam beberapa pekan belakangan, negara pengirim kopi tersebut telah dikejutkan oleh aksi unjuk rasa berakhir ricuh, yang menewaskan setidak-tidaknya 31 orang. Pihak oposisi mengatakan bahwa hasil pemilihan umum yang diselenggarakan di negara itu telah dirampas oleh Presiden Juan Orlando Hernandez, sekutu AS dalam menangani perkara migrasi dan narkotika.
Pada akhir bulan lalu, Amerika Serikat mendukung pemilihan kembali Hernandez meskipun muncul keraguan meluas terkait penghitungan suara, yang mendorong calon dari oposisi menyatakan bahwa kesempatannya sebagai presiden "dirampas".
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2018