Pontianak (Antaranews Kalbar) - Bayi bernama Zahratussyifa (4) meninggal, diduga karena menderita demam berdarah dengue (DBD), meski sempat dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sultan Syarif Muhammad, Pontianak.

Orang tua bayi tersebut, Muhammad di Pontianak, Kamis, mengatakan, anaknya meninggal karena menderita DBD, yang awalnya dikira hanya demam biasa.

Muhammad dan Hairiyah orang tua Zahratussyifa adalah warga Jalan Tebu, Gang Anugerah I, Kecamatan Pontianak Barat menyatakan, anaknya mulai demam sejak Jumat (12/1), tetapi hanya dikira demam biasa sehingga hanya diberikan obat penurun panas.

"Si kecil awalnya dikira demam biasa, karena sebelumnya istri saya juga demam, sehingga dikira hanya terjangkit dari istri," ungkapnya.

Tiba-tiba hari Minggu (14/1), Zahratussyifa lemas. "Karena kami bimbang dengan si kecil,?maka Senin (15/1) kami bawa periksa?di Puskesmas?Pal III, begitu ditangani maka dinyatakan positif DBD, kemudian dibawa lagi ke dokter anak di Jalan Setia Budi dan hasilnya juga positif? DBD," katanya.

Kemudian, Minggu sore langsung dibawa ke RSUD Sultan Syarif Muhammad sekitar pukul 15.00 WIB. "Tapi sayang, lama menunggu baru ditangani itu pun setelah pihak ketiga menelepon rumah sakit baru anak saya ditangani, dengan alasan ruang ICU dan kamar penuh, padahal saat?itu anak saya kondisinya sangat lemas dan masih tetap digendong," katanya.

Kemudian Selasa sore (16/1), Zahratussyifa dirujuk ke RSUD Soedarso, tetapi di sana juga mendapat perlakuan yang sama, meski pun akhirnya dirawat.

"Tetapi Allah SWT, berkehendak lain, Rabu pagi (17/1) anak saya dipanggil menghadap Yang Maha Kuasa, walau harus ikhlas atas kepergian anak kami, saya masih menyesalkan pola penanganan kedua rumah sakit tersebut yang lamban," ujarnya.

Sementara itu, Direktur RSUD Sultan Syarif Abdurrahman Pontianak, Yuliastuti Saripawan menjelaskan penanganan yang diberikan pihaknya sudah sesuai dengan SOP (Standar Operasional Prosedur) dan saat itu ruangan ICU memang penuh.

"Dari awal kami juga menyarankan dirujuk ke tempat yang lain, karena waktu itu RSUD Soedarso juga penuh, terpaksa ambil pertolongan pertama, jadi dinaikkan ke ruangan atas," ujarnya.

Menurut dia, kondisi anak saat dibawa ke rumah sakit memang sudah mulai syok. Dan rujukan ke RSUD Soedarso juga dilakukan bagian dari SOP.

Saripawan menambahkan, pihaknya sudah bekerja semaksimal mungkin untuk menyelamatkan pasien itu, hanya saja posisinya ruang ICU saat itu penuh. "Anak itu harus masuk ICU, karena penuh maka kami tetap usahakan ditolong dulu, tapi akhirnya dapat ruang ICU di Soedarso," katanya.

Alat ventilator yang merupakan alat bantu napas untuk pertolongan anak, saat itu dipakai semua, sementara RSUD Pontianak hanya punya tiga buah, sehingga tidak mungkin dicopot dari pasien lain, karena semua pasien perlakuannya tetap sama, katanya.

(A057/N005)

Pewarta: Andilala

Editor : Nurul Hayat


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2018