Pontianak (Antaranews Kalbar) - Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat Kementrian Kesehatan RI Oscar Permadi mengungkapkan saat ini Kalimantan Barat masuk dalam sembilan provinsi terendah dalam kesadaran masyarakat akan gizi.

"Dari 44 provinsi yang ada, sembilan provinsi menjadi kawasan terendah akan asupan gizi. Salah satunya adalah Kalimantan Barat," kata dia di Pontianak, Senin.

Dia menjelaskan sembilan Provinsi yang terendah asupan gizi tersebut, antara lain Riau, Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Barat, Gorontalo, Maluku, dan Papua.

Terkait dengan hal tersebut, hingga saat ini sembilan provinsi itu menjadi sasaran intervensi pemerintah akan peningkatan gizi yang seharusnya dikonsumsi masyarakat.

"Sembilan provinsi dengan 10 kabupaten dan 1.000 desa menjadi perhatian pemerintah khususnya di Kementerian Kesehatan akan intervensi peningkatan gizi di Indonesia," katanya.

Dari sembilan provinsi, 10 kabupaten/kota tersebut adalah Kabupaten Rokan Hulu, Lampung, Cianjur, Pemalang, Brebes, Lombok Tengah, Ketapang, Gorontalo, Maluku Tengah, dan Lanny Jaya.

Untuk cakupan desa yang masih rendah, diakui mantan Kadis Kesehatan Kota Pontianak itu, bahwa beberapa di antaranya Menaming, Suka Maju, Buyut Idik, Mataram Ilir, Mandiraja, Ciwalen, Glonghong, Losari, Sukadana, Cigadung, Batu Tajam, Rangga Intan, Ambara, Pulau Hatta, Kuabaga, Arungwi, dan masih banyak desa lainnya mencapai 1.000 desa.

Dari ke 10 kabupaten/kota yang memiliki asupan gizi rendah, salah satunya ada di Kabupaten Ketapang Provinsi Kalbar.

"Untuk Kalbar, intervensi kami memang di Kabupaten Ketapang dengan cakupan gizi terendah," katanya.

Dia mengatakan kesadaran masyarakat akan asupan gizi bagi kehidupan masyarakat masih belum mencapai 100 persen. Di Indonesia tingkat kesadaran masyarakat akan kecukupan gizi masih rendah.

Guna mengantisipasi gizi rendah, Oscar menjelaskan bahwa pemerintah terus menyosialisasikan makanan yang cukup gizi selain menjadikan kebiasaan akan makanan sehat yang dikonsumsi masyarakat.

"Bahwa kita masih belum terbiasa dengan makanan sehat dengan cukup gizi yang menjadi masalah dasar mengapa di beberapa kawasan kekurangan gizi," katanya.

Tugas pemerintah, lanjutnya, bukan saja mengingatkan masyarakat Indonesia akan pentingnya gizi tetapi juga menjelaskan bahwa asupan gizi berhasil dikonsumsi oleh generasi penerus sehingga menjadi suatu kebiasaan.

"Hal tersulit adalah bagaimana membiasakan makanan bergizi ini dikonsumsi oleh anak-anak yang menjadi generasi penerus kita. Kalau sudah terbiasa mengonsumsi gizi tinggi ke depan tak lagi ada kata kekurangan gizi," kata Oscar.






(U.KR-RDO/M029)

Pewarta: Rendra Oxtora

Editor : Admin Antarakalbar


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2018