Ketapang (ANTARA) - Plt. Deputi Bidang Pengendalian Penduduk BKKBN, Dwi Listyawardani dalam melakukan sosialisasi terkait stunting di Kecamatan Benua Kayong Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat, menjelaskan jiga masyarakat khususnya pasangan suami istri ingin anaknya terhindar dari stunting (kekerdilan) maka perlu memberi perhatian, khususnya dalam memberikan asupan gizi yang cukup kepada ibu hamil dan bayi yang akan di lahirkan.
"Keluarga resiko stunting itu seperti apa ? Yang pertama keluarga tersebut punya balita atau bayi karena kalau bayi tersebut tidak diberi makan yang cukup dan bergizi maka bayi tersebut beresiko stunting. Bahkan asupan gizi yang cukup itu harus dibari sejak anak masih dalam kandungan. Kata lainnya asupan gizi itu harus diberikan kepada ibu hamil," kata Dwi Listyawardani, Selasa.
Dikatakannya, keluarga resiko stunting lainnya yaitu perkawinan muda, Ibu hamil, Ibu menyusui dan rumah layak huni dilihat dari kondisi lantainya, dinding, atap dan sanitasinya (sumber airnya kurang sehat). Salah satu upaya untuk penanganan Stunting, BKKBN sudah meluncurkan program DASHAT (Dapur Sehat Atasi Stunting).
"Terkait hal ini kami bikin dapur sehat di setiap desa Kampung KB untuk bayi-bayi, Ibu hamil, Ibu menyusui dimana nanti menunya diajarin cara bikin menu ibu hamil, menu Ibu menyusui dan menu Balita disediakan di dapur sehat itu bahkan Dana Operasional DASHAT di setiap Kampung KB pun sudah kita anggarkan melalui Dana BOKB," ungkap Dwi Listyawardani.
Plt Deputi Bidang Pengendalian Penduduk mengungkapkan, setelah seluruh data sudah di validasi nanti ada perjanjian antara BKKBN dengan pemerintah daerah kabupaten/kota, bagaimana agar setiap kabupaten/kota bisa mengakses data Pendataan Keluarga dan mengelola memanfaatkan.
"Jadi begitu banyak 57 variabel dan masing masing bisa kelihatan dari wilayah Kecamatan sampai ke RT," ujar Dani.
Ia menambahkan, di variabel-variabel tersebut antara lain tercantum data peserta KB nya yang sudah waktunya dilayani dan ada juga Keluarga resiko stunting.
"Mengenai keluarga resiko stunting kalau kita bicara resiko stunting saat ini tidak lagi bicara tentang anaknya tetapi harus bicara masalah keluarga nya oleh karena itu kita sebut keluarga ini keluarga resiko stunting dan intervensinya pun harus keluarga," ujar Dani.
Dalam kesempatan yang sama pada kunjungan Kerja, Plt Deputi Bidang Pengendalian Penduduk berkesempatan mengunjungi Kader dan PKB di Balai Desa Sungai Kinjil Kecamatan Benua Kayong Kabupaten Ketapang itu, Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Kalbar menyampaikan, BKKBN Kalbar sudah beberapa tempat mengunjungi untuk daerah Stunting ini.
"Ternyata Stunting bukan dilahirkan oleh keluarga keluarga yang tidak mampu tetapi banyak juga keluarga keluarga yang mampu melahirkan anak Stunting, ini disebabkan pola asuhnya yang kurang benar," ungkap Tenny C Soriton.
Hadir juga dalam kegiatan Sosialisasi PK 2021 dan Kelompok Sasaran Bangga Kencana Bersama Mitra itu Anggota DPR RI Komisi IX Dapil Kalbar 1, Alifuddin yang dilaksanakan di Kecamatan Benua Kayong Kabupaten Ketapang, Minggu (14/11).
Baca juga: DP2KBP3A Kota Pontianak optimis mampu tekan angka stunting
Baca juga: BKKBN: Stunting dapat dicegah tapi tak dapat disembuhkan
Baca juga: Keterlibatan generasi muda penting tangani stunting di Kalbar