Jakarta (Antaranews Kalbar) - Jika pasangan Anda mengalami stres, maka kemungkinan kondisi yang sama juga akan diderita oleh Anda, ungkap sebuah studi dalam jurnal Nature Neuroscience.

"Perubahan otak berhubungan dengan stres yang mendukung banyak penyakit jiwa termasuk PTSD (posttraumatic stress disorder), gangguan kecemasan dan depresi. Studi terbaru menunjukkan bahwa stres bisa menular. Apakah ini memiliki konsekuensi lain di otak, tidak diketahui, " ujar Profesor, Fisiologi dan Farmakologi dari Universitas Calgary, Jaideep Bains.

Dalam studi itu, peneliti menggunakan tikus sebagai sasaran lalu mempelajari efek stres pada tikus jantan dan betina.

Mereka melepaskan satu tikus dari masing-masing pasangan dan memaparkannya pada stres ringan.

Para peneliti kemudian memeriksa respon populasi sel tertentu, khususnya neuron CRH yang mengendalikan respons otak terhadap stres.

Mereka menemukan bahwa aktivasi neuron CRH (Corticotropin-releasing hormone) ini menyebabkan pelepasan sinyal kimiawi, yang disebut "feromon alarm" dari tikus yang mengingat pasangannya.

Para peneliti mengatakan bahwa temuan ini mungkin juga bisa terjadi pada manusia.

Baca juga: Kenali tanda awal kelelahan sebelum hubungan Anda rusak
Baca juga: Rakyat Meksiko Terancam Stress Akibat Jam Kerja Terlalu Lama
Baca juga: Pakar: Radikalisme Incar Masyarakat Stres

 
"Kita siap mengkomunikasikan stres kita pada orang lain, terkadang tanpa menyadarinya. Bahkan ada bukti bahwa beberapa gejala stres dapat bertahan dalam keluarga dan orang-orang tercinta dari mereka yang menderita PTSD," catat Bains seperti dilansir laman Indian Express.

Pewarta: -

Editor : Admin Antarakalbar


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2018