Washington/Yangon (Antaranews Kalbar) - Sejumlah kelompok warga Myanmar pada Rabu menyambut tekad kepala pelaksana Facebook, Mark Zuckerberg, meningkatkan upaya pencegahan penyebaran ujaran kebencian.
Namun, mereka juga meminta raksasa media gaul itu mempekerjakan lebih banyak orang di Myanmar.
Zuckerberg pada Selasa mengatakan akan meningkatkan upaya penghadangan ujaran kebencian di Myanmar saat menghadapi hujan pertanyaan dari Kongres Amerika Serikat mengenai campur tangan dalam pemilihan umum dan ujaran kebencian di negara tersebut.
Facebook sebelumnya dinilai sejumlah pejuang hak asasi manusia tidak punya iktikad baik untuk memberantas ujaran kebencian, yang menyebar melalui jaringan media gaul di Myanmar.
"Itu tekad bersejarah dari Facebook dan yang sudah lama kami minta," kata pengulas media gaul Victoire Rio di Yangon mengenai tekad menghapus semua pesan berpeluang memicu kekerasan dalam satu hari.
"Hingga kini masih belum jelas bagaimana mereka akan menunjukkan bahwa Facebook telah memenuhi janji itu. Kami akan terus memantau hal ini," kata Rio, yang pernah terlibat dalam perbincangan dengan Zuckerberg melalui surat elektronik bersama sejumlah lembaga sipil di Myanmar mengenai efektivitas Facebook dalam memberantas ujaran kebencian.
Hampir 700.000 warga Rohingya melarikan diri dari negara bagian Rakhine, Myanmar, menuju negara tetangga Bangladesh sejak operasi militer di kawasan tersebut pada Agustus tahun lalu.
PBB dan Amerika Serikat menyebut situasi di Rakhine sebagai pembersihan etnis, sebuah tudingan yang dibantah keras oleh Myanmar.
"Apa yang terjadi di Myanmar adalah sebuah tragedi besar, dan kami harus berupaya lebih keras," kata Zuckerberg saat menghadiri rapat dengar pendapat bersama Komite Perdagangan Senat dan Komite Hukum Senat Amerika Serikat.
Sementara itu, tim dari PBB, yang menyelidiki kemungkinan pemunahan di Myanmar, pada bulan lalu mengatakan bahwa Facebook menjadi sumber propaganda anti-Rohingya.
Marzuki Darusman, kepala Misi Pencari Fakta Independen PBB untuk Myanmar, mengatakan pada Maret bahwa Facebook memainkan "peran kunci" di Myanmar.
"Facebook secara substantif berkontribusi terhadap besarnya perselisihan dan konflik di kalangan masyarakat. Ujaran kebencian tentu saja adalah bagian dari itu. Sejauh situasi yang terjadi di Myanmar, media sosial itu adalah Facebook," kata Marzuki.
Zuckerberg mengatakan bahwa Facebook telah mempekerjakan puluhan orang pengguna bahasa Burma untuk menghapus konten yang berpotensi mengancam keamanan.
"Sangat sulit melakukannya tanpa orang yang berbicara dalam bahasa lokal, dan kami ingin memperkuat upaya kami di sana secara dramatis," kata dia, sambil menambahkan bahwa Facebook juga telah meminta lembaga sipil untuk membantu mengidentifikasi tokoh-tokoh yang harus diblokir dari jaringannya.
Namun demikian, Jes Peterson, kepala lembaga Phandeeyar, yang berkantor di Yangon, yang telah membantu Facebook menerjemahkan peraturan komunitas Facebook ke dalam bahasa Burma, mengatakan bahwa tekad Zuckerberg tidak cukup bagi negara dengan pengguna aktif 30 juta orang tersebut.
"Jelas, itu tidak cukup. Sangat menarik melihat bagaimana Facebook berhasil memenuhi janji mereka dalam 24 jam di sini. Mereka harus melipat gandakan jumlah pegawai berbahasa Burma," kata dia.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2018
Namun, mereka juga meminta raksasa media gaul itu mempekerjakan lebih banyak orang di Myanmar.
Zuckerberg pada Selasa mengatakan akan meningkatkan upaya penghadangan ujaran kebencian di Myanmar saat menghadapi hujan pertanyaan dari Kongres Amerika Serikat mengenai campur tangan dalam pemilihan umum dan ujaran kebencian di negara tersebut.
Facebook sebelumnya dinilai sejumlah pejuang hak asasi manusia tidak punya iktikad baik untuk memberantas ujaran kebencian, yang menyebar melalui jaringan media gaul di Myanmar.
"Itu tekad bersejarah dari Facebook dan yang sudah lama kami minta," kata pengulas media gaul Victoire Rio di Yangon mengenai tekad menghapus semua pesan berpeluang memicu kekerasan dalam satu hari.
"Hingga kini masih belum jelas bagaimana mereka akan menunjukkan bahwa Facebook telah memenuhi janji itu. Kami akan terus memantau hal ini," kata Rio, yang pernah terlibat dalam perbincangan dengan Zuckerberg melalui surat elektronik bersama sejumlah lembaga sipil di Myanmar mengenai efektivitas Facebook dalam memberantas ujaran kebencian.
Hampir 700.000 warga Rohingya melarikan diri dari negara bagian Rakhine, Myanmar, menuju negara tetangga Bangladesh sejak operasi militer di kawasan tersebut pada Agustus tahun lalu.
PBB dan Amerika Serikat menyebut situasi di Rakhine sebagai pembersihan etnis, sebuah tudingan yang dibantah keras oleh Myanmar.
"Apa yang terjadi di Myanmar adalah sebuah tragedi besar, dan kami harus berupaya lebih keras," kata Zuckerberg saat menghadiri rapat dengar pendapat bersama Komite Perdagangan Senat dan Komite Hukum Senat Amerika Serikat.
Sementara itu, tim dari PBB, yang menyelidiki kemungkinan pemunahan di Myanmar, pada bulan lalu mengatakan bahwa Facebook menjadi sumber propaganda anti-Rohingya.
Marzuki Darusman, kepala Misi Pencari Fakta Independen PBB untuk Myanmar, mengatakan pada Maret bahwa Facebook memainkan "peran kunci" di Myanmar.
"Facebook secara substantif berkontribusi terhadap besarnya perselisihan dan konflik di kalangan masyarakat. Ujaran kebencian tentu saja adalah bagian dari itu. Sejauh situasi yang terjadi di Myanmar, media sosial itu adalah Facebook," kata Marzuki.
Zuckerberg mengatakan bahwa Facebook telah mempekerjakan puluhan orang pengguna bahasa Burma untuk menghapus konten yang berpotensi mengancam keamanan.
"Sangat sulit melakukannya tanpa orang yang berbicara dalam bahasa lokal, dan kami ingin memperkuat upaya kami di sana secara dramatis," kata dia, sambil menambahkan bahwa Facebook juga telah meminta lembaga sipil untuk membantu mengidentifikasi tokoh-tokoh yang harus diblokir dari jaringannya.
Namun demikian, Jes Peterson, kepala lembaga Phandeeyar, yang berkantor di Yangon, yang telah membantu Facebook menerjemahkan peraturan komunitas Facebook ke dalam bahasa Burma, mengatakan bahwa tekad Zuckerberg tidak cukup bagi negara dengan pengguna aktif 30 juta orang tersebut.
"Jelas, itu tidak cukup. Sangat menarik melihat bagaimana Facebook berhasil memenuhi janji mereka dalam 24 jam di sini. Mereka harus melipat gandakan jumlah pegawai berbahasa Burma," kata dia.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2018