Jakarta (Antaranews Kalbar) - Perhatian dunia teknologi kembali terarah ke Facebook karena saat sidang pekan lalu, CEO Mark Zuckerberg mengemukakakn mereka juga melacak penggunaan internet orang-orang yang tidak memiliki akun Facebook.
Zuckerberg menjawab pertanyaan dari Represntatif Ben Lujan, bahwa Facebook melacak non-pengguna demi alasan keamanan. Facebook kemudian mendapat protes karena praktik tersebut, beberapa meminta perusahaan tersebut mencari cara untuk memberi tahu non-pengguna mengenai informasi apa saja yang diketahui Facebook.
Lujan meminta Facebook memberi informai tambahan untuk hal tersebut, namun, Zuckerberg tidak menjawab. Reuters menuliskan Facebook pada Jumat (13/4) lalu menyatakan tidak berencana membuat alat seperti itu.
Praktik ini menambah deretan protes kepada Facebook, Zuckerberg dituduh tidak berbuat banyak untuk melindungi data pengguna. “Tidak jelas apa yang dilakukan Facebook dengan informasi tersebut,” kata Chris Calabrese dari Center for Democracy & Technology, lembaga advokasi dari Washington.
Facebook mendapatkan data non-pengguna dari orang-orang yang berada dalam jaringan tersebut, misalnya saat seorang pengguna mengunggah alamat email teman.
Data non-pengguna juga dapat berasal dari “cookies”, berkas kecil yang disimpan dalam browser dan digunakan Facebook dan yang lainnya untuk melacak orang di internet, terkadang untuk keperluan target iklan.
“Pengumpulan data seperti ini penting untuk bagaimana internet bekerja,” kata Facebook dalam keterangan tertulis kepada Reuters.
Ketika ditanya apakah ada opsi untuk mematikan fitur ini, Facebook menyatakan “Ada hal-hal yang dapat Anda lakukan untuk membatasi pengunaan informasi untuk iklan, misalnya menggunakan peramban atau perangkat untuk menghapus cookies. Ini akan berlaku untuk layanan di luar Facebook karena, seperti yang sudah disebutkan, ini adalah standard bagaimana internet bekerja”.
Facebook akan memasang cookies ke non-pengguna jika mereka mengunjungi situs yang memiliki tombol “like” atau “share” dari Facebook, meski pun orang tersebut tidak mengklik tombol itu.
Data tersebut kemudian digunakan untuk membuat analisis, termasuk mengenai traffic sebuah situs. Facebook menyatakan tidak menggunakan data untuk iklan, hanya mengundang orang untuk membuat Facebook.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2018
Zuckerberg menjawab pertanyaan dari Represntatif Ben Lujan, bahwa Facebook melacak non-pengguna demi alasan keamanan. Facebook kemudian mendapat protes karena praktik tersebut, beberapa meminta perusahaan tersebut mencari cara untuk memberi tahu non-pengguna mengenai informasi apa saja yang diketahui Facebook.
Lujan meminta Facebook memberi informai tambahan untuk hal tersebut, namun, Zuckerberg tidak menjawab. Reuters menuliskan Facebook pada Jumat (13/4) lalu menyatakan tidak berencana membuat alat seperti itu.
Praktik ini menambah deretan protes kepada Facebook, Zuckerberg dituduh tidak berbuat banyak untuk melindungi data pengguna. “Tidak jelas apa yang dilakukan Facebook dengan informasi tersebut,” kata Chris Calabrese dari Center for Democracy & Technology, lembaga advokasi dari Washington.
Facebook mendapatkan data non-pengguna dari orang-orang yang berada dalam jaringan tersebut, misalnya saat seorang pengguna mengunggah alamat email teman.
Data non-pengguna juga dapat berasal dari “cookies”, berkas kecil yang disimpan dalam browser dan digunakan Facebook dan yang lainnya untuk melacak orang di internet, terkadang untuk keperluan target iklan.
“Pengumpulan data seperti ini penting untuk bagaimana internet bekerja,” kata Facebook dalam keterangan tertulis kepada Reuters.
Ketika ditanya apakah ada opsi untuk mematikan fitur ini, Facebook menyatakan “Ada hal-hal yang dapat Anda lakukan untuk membatasi pengunaan informasi untuk iklan, misalnya menggunakan peramban atau perangkat untuk menghapus cookies. Ini akan berlaku untuk layanan di luar Facebook karena, seperti yang sudah disebutkan, ini adalah standard bagaimana internet bekerja”.
Facebook akan memasang cookies ke non-pengguna jika mereka mengunjungi situs yang memiliki tombol “like” atau “share” dari Facebook, meski pun orang tersebut tidak mengklik tombol itu.
Data tersebut kemudian digunakan untuk membuat analisis, termasuk mengenai traffic sebuah situs. Facebook menyatakan tidak menggunakan data untuk iklan, hanya mengundang orang untuk membuat Facebook.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2018